Author : @AriatnaCitraC ^-^
Tittle : First ”WOW!!”
Genre : Romance, Sedikit comedy mungkin(?), dan
tentukan sendiri haha ^-^v
Cast :
-
Kim Jong In (Kai) EXO-K
-
Kwon Yuri SNSD
Other
Cast :
-
Wi Yi Fan (Kris) EXO-M
-
Jessica Jung SNSD
-
Oh Sehun EXO-K
-
D.O Kyungsoo EXO-K
Prev;
Yuri hanya diam. Matanya semakin terbuka lebar,
‘Apa yang ingin ia tanyakan?’ Batin Yuri. Perasaannya tiba-tiba berubah menjadi
tak tenang dan merasa tegang.
“Apa?” Ucap Yuri.
Kai menjadi terdiam sejenak. Dia memikirkan
bagaimana cara menanyakannya. Kai takut Yuri akan mengusirnya karena
pertanyaannya itu.
“Janji tidak akan mengusirku?” Tanya Kai penuh
harapan.
“Mengusir? Untuk apa? Aku bukan yeoja pabbo yang
suka mengusir tamu,” Pekik Yuri.
“Tapi aku yakin pertanyaan ini akan membuatmu
mengusirku,” Ucap Kai penuh keyakinan.
‘Apa yang ingin kau katakana? Apakah tentang
sikapku? Mungkin memang pertanyaan itu. Ku coba untuk menahan emosiku, ayo
tanyakan,’ Batin Yuri.
“Mengapa sikapmu berubah?” Tanya Kai pelan.
Yuri hanya diam. Matanya mulai terasa berat. Ia
merasakan matanya akan mengeluarkan berlian cair lagi.
“Aku sudah bilang itu pertanyaan bodoh, heh,”
Ucap Kai.
“Jeongmal mianhae,” Ucap Yuri pelan.
“Haah, ne. Sepertinya aku harus pergi sebelum kau
mengusirku, jeongmal gomawo,” Ucap Kai sambil pergi meninggalkan Yuri.
****************************
Kai gagal melaksanakan rencananya. Sebelumnya ia
memang ingin mempertanyakan keadaan Yuri yang sangat berubah terhadapnya. Tapi
Kai tak ingin memberatkan hati Yuri bila Yuri memang belum mau
memberitahukannya, dan ia memutuskan untuk kembali ke rumahnya.
Kai mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang
cukup tinggi. Kai merasa emosinya kembali naik. Kai gagal melaksanakan
rencananya walaupun memang nia sendiri yang berkeputusan untuk melaksanakan
rencananya lain waktu sampai Yuri benar-benar bisa menjelaskan apa yang terjadi
kepada dirinya sehingga berubah terhadap Kai.
**************************
“Jeongmal mianhae Kai,” Lirih Yuri seraya Kai
meninggalkannya sendiri.
Tangisnya hampir meledak, tapi Yuri menahannya.
Yuri tak ingin ada yang melihatnya menangis.
“Eomma..,” Lirih Yuri lagi.
“Eoh?! Eomma? Mengapa Eomma tidak marah saat Kai
datang kemari, dan justru menyuruhnya masuk ke dalam rumah,” Yuri terperanjat
dari duduknya.
Yuri berlari kecil ke dapur, hendak mencari
Eomma-nya.
“Eomma?” Panggil Yuri sesampainya di dapur.
“Hmm, waeyo?” Jawab Eomma Yuri.
“Bolehkah aku menanyakan sesuatu?” Pinta Yuri
dengan nada tak yakin.
“Tentu saja,” Balas Eomma Yuri.
“Yakin tak akan marah?” Tanya Yuri lagi yang
semakn ragu.
“Kenapa harus marah, Yuri-ya? Memangnya apa yang
ingin kau tanyakan?” Tanya Eomma Yuri yang penasaran dengan pertanyaan yang
akan dilontarkan oleh Yuri.
“Aku takut kalau Eomma akan marah,” Ucap Yuri.
“Eomma tidak akan marah bila kau cepat mengatakan
apa yang ingin kau tanyakan, Yuri-ya,” Ucap Eomma Yuri.
“Baiklah. Ehem, begini…,” Ucapan Yuri terhenti
karena mendengar seseorang mengetuk meja di dapurnya.
Yuri memejamkan matanya.
‘Untung saja aku belum mempertanyakan hal ini,
kalau tidak aku akan mati,’ Batin Yuri.
“Kau ingin bertanya apa kepada Eomma-mu?” Ucap
seseorang itu.
“Mmh, itu…,”
“APA?!” Pekik Appa Yuri.
Seseorang itu memanglah Appa Yuri. Entah sejak
kapan Appa Yuri bisa ada di dapur bersama Yuri dan Eomma-nya. Tapi Yuri
bersyukur saat Appa-nya sendiri memberi isyarat atas keberadaannya di antara
Yuri dan Eomma-nya. Yuri bersyukur karena ia sangat yakin bila Appa-nya
mendengar apa yang ia tanyakan kepada Eomma-nya, Appa Yuri akan marah besar.
“Aku hanya ingin menanyakan bagaimana cara
merawat kulit yang benar, aku lihat kulit Eomma masih sangat baik untuk
usianya,” Ucap Yuri dengan penuh keyakinan bahwa Appa Yuri tidak akan berkomentar
atas pertanyaannya itu.
Appa Yuri memang tidak berkomentar apapun. Tetapi
beliau menaikan sebelah alisnya, sedikir ada kecurigaan disana.
“Benarkah?” Tanya Appa Yuri.
“Mengapa tidak percaya?” Ucap Yuri.
“……..” Appa Yuri tak membalas apapun atas
kata-kata Yuri.
“Lebih baik Eomma menjelaskan pertanyaanku di
kamar,” Ajak Yuri sambil memegang tangan Eomma Yuri.
‘Kenapa tangan Yuri dingin?’ Batin Eomma Yuri.
“Lebih baik kau ikuti, Yuri-ya,” Pinta Appa Yuri.
“Mau kemana?” Tanya Yuri.
“Ruang keluarga saja,” Ucap Appa Yuri dan pergi
ke ruang keluarga.
“Yuri-ah! Mengapa tanganmu dingin?” Bisik Eomma
Yuri.
“Eomma, bukan itu yang ingin kutanyakan, mungkin
setelah aku berbicara dengan Appa, aku akan menanyakan yang sebenarnya ingin
kutanyakan,” Ucap Yuri sedikit berbisik.
“Baiklah, kalau begitu cepat kau temui Appa-mu,”
Ucap Eomma Yuri sambil mengusap pundak Yuri.
Yuri berlari kecil mendekati Appa-nya yang sudah
menunggu di ruang keluarga.
Jatung Yuri berdegup kencang saat dirinya sudah berada
di samping appa-nya. Yuri mulai ketakutan, ia tahu apa yang ingin dibicarakan
appa-nya.
“Duduklah,” Perintah appa Yuri.
“Ne appa,” Yuri dengan penuh keraguan duduk
disebelah appa-nya.
“Appa ingin bicara denganmu,” Ucap appa Yuri
dengan lembut.
‘Tuhan lindungi aku,’ Batin Yuri.
“Appa ingin kau jawab dengan jujur,” Ucap appa
Yuri yang membuat Yuri semakin ketakutan.
‘Tuhan, apa yang ingin appa tanyakan? Aku takut
kalau ini menyangkut masalah Kai,’ Batin Yuri.
“Memang apa yang ingin appa tanyakan?” Tanya Yuri
dengan penuh keraguan.
“Sebenarnya bagaimana hubunganmu dengan DO
Kyungsoo?” Tanya appa Yuri sambil memfokuskan pandangannya kepada Yuri.
“Ba..baik-baik saja, memangnya kenapa?” Jawab
Yuri dengan gugup.
“Appa tak yakin dengan jawabanmu,” Ucap appa Yuri
yang masih memperhatikan wajah Yuri yang terlihat jelas aura kegugupannya.
“Tapi memang baik-baik saja,” Ucap Yuri yang kini
tertunduk.
“Nada bicaramu tak membuat appa yakin, Yuri-ah!
Jawab dengan jujur!” Pekik appa Yuri.
“Aku harus jawab apalagi? Memang hubunganku
dengannya baik-baik saja,” Ucap Yuri berusaha meyakinkan appanya.
“Appa jarang melihatmu pergi bersama DO
Kyungsoo,” Ucap appa Yuri.
“Apakah aku harus selalu pergi bersamanya?” Ucap
Yuri.
PRANG!!!
Sebuah figura berukuran cukup besar yang tertutup
kaca jatuh dari dinding dekat ruang makan. Dengan cekatan appa Yuri langsung
berlari ke tempat jatuhnya figura.
“LUKISANKU!!” Pekik appa Yuri sambil meremas
kepalanya dengan kedua tangannya.
Yuri berlari kecil mengahmpiri appanya. Yuri
hanya ternganga saat melihat lukisan kesangan appanya yang berharga lebih dari 300
juta sudah rusak karena terjatuh dari dinding.
“Mengapa bisa jatuh? Ini uangku!!” Pekik appa
Yuri yang masih meremas kepalanya.
“Appa sabar! Ini hanya lukisan,” Pekik Yuri.
“Tapi ini berharga, Yuri-ah!” Pekik appa Yuri.
“Apa tidak bisa appa membeli lukisan seperti ini
lagi?” Tanya Yuri dengan yakin appanya masih memiliki banyak uang.
“Lukisan ini hasil lelang, appa tak yakin masih
ada lukisan yang seindah lukisan ini,” Pekik appa Yuri.
“Tak bisakah membuat lukisan yang sama?” Tanya
Yuri.
“Tetap saja appa ingin lukisan ini,” Ucap appa
Yuri.
“Aah, appa sudahlah, lebih baik pecahan kacanya
segera dibersihkan,” Ucap Yuri.
“Ya sudahlah mau bagaimana lagi?! Tolong kamu
panggilkan bibi untuk membersihkan ini,” Perintah appa Yuri.
“Baik appa. Bibi!!!!!!!!!!!!!!!!” Panggil Yuri
dengan suara yang sangat keras sampai membuat appanya tutup telinga.
“Yeoja muda yang aneh,” Ucap appa Yuri.
“Mianhae appa hehehe,” Yuri meringis.
Pembantu di rumah Yuri datang menghampiri Yuri
dan appanya.
“Ada apa noon?” Ucap Pembantu Yuri sambil
setengah membungkukan badan.
“Tolong bersihkan pecahan kaca ini ya, bi?” Titah
Yuri kepada pembantunya.
“Baik noon,” Ucap pembantu Yuri.
Appa Yuri meninggalkan Yuri dan pembatunya itu.
Appanya kembali ke ruang keluarga, berencana ingin menanyakan hal yang
sebelumnya sudah ia tanyakan kepada Yuri. Dari belakang Yuri mengikuti appanya,
dan tanpa perintah Yuri kembali duduk di sebelah appanya.
Yuri kembali merasakan kegugupan yang tadi ia
rasakan saat appanya mempertanyakan hubungannya dengan DO Kyungsoo.
“Eomma mau pergi dulu ke tempat arisan,” Ucap
Eomma Yuri yang tiba-tiba ada di belakang Yuri dan appanya.
“Ne eomma,” Ucap Yuri.
Eomma Yuri pun pergi menjalani kegiatan
bulanannya bersama teman-temannya.
Kring…Kring…Kring…
Ponsel appa Yuri tiba-tiba berbunyi. Terdapat
sebuah panggilan disana. Panggilan dari karyawan appa Yuri yang bekerja di
kantornya.
-Di telepon-
“Yeoboseyo?” Ucap appa Yuri.
“Se…Selamat Siang,” Ucap karyawan dengan nada
gugup.
“Ne, ada apa?” Ucap Appa Yuri.
“A…anu…,” Jawab karyawannya dengan sangat gugup.
“ANU APA?!” Pekik Appa Yuri.
“Ge..Gedung Kantor kebakaran,” Ucap sang
karyawan.
“MWO?! KAU JANGAN BERCANDA! INGIN SAYA PECAT
HAH?!” Pekik appa Yuri.
“Tapi saya benar-benar tidak bercanda,”
“…………..”
Tiba-tiba appa Yuri pingsan dengan seketika di
samping Yuri. Yuri yang melihatnya pun langsung menjerit terkaget-kaget karena
appanya dengan tiba-tiba sudah tergeletak di sofa yang berukuran cukup besar
itu.
“APPA!!!!!!!!” Jerit Yuri.
Sontak semua orang yang bekerja di rumahnya
langsung datang ke ruang tengah menghampiri Yuri dan appanya yang sudah tak
sadarkan diri.
“Ada apa non?” Tanya supir pribadi Yuri.
“Appa pingsan hiks..hiks..” Jawab Yuri yang
spontan mengeluarkan berlian cair lagi dari ujung matanya.
“Biar saya bantu untuk membawanya ke Rumah Sakit
ya?” Tawar sang supir.
“Tidak usah, lebih baik ahjussi menjemput Eomma
untuk menyusul ke Rumah Sakit nanti,” Ucap Yuri.
“Lalu tuan dan nona pergi dengan siapa?” Tanya
supir Yuri.
“Saya minta bantuan kepada teman saja,” Ucap
Yuri.
Yuri menelpon Jessica.
-Di telepon-
“Yeoboseyo?” Ucap Jessica.
“Sica! Jebal! Bantu aku juseyo!” Mohon Yuri
dengan nada terburu-buru.
“Bantu apa?” Tanya Jessica.
“Appaku pingsan, maukah kau meminjamkan mobil dan
menyetirkannya untukku? Supirku harus menjemput Eomma,” Jelas Yuri
tergesa-gesa.
“Jeongmal mianhae, Yuri-ah. Tapi mobilku sedang
digunakan oleh adikku,” Ucap Jessica.
“Aah, baiklah. Gomawo,” ‘tutt…tutt..tutt..’ Yuri
menutup teleponnya.
--
“Mobilnya tidak ada,” lirih Yuri.
“Biarkan saya mengantar tuan dan nona dulu ke
Rumah Sakit, baru menjemput nyonya,” Tawar sang supir.
“Tapi rumah teman Eomma jauh sekali, lebih baik
jemput Eomma dulu. Eomma selalu tidak mau terlambat mengenai keadaan appa,”
Ucap Yuri.
“Baiklah saya akan menjemput nyonya,” Supir Yuri
pun pergi.
******************************
Sepulang dari rumah Yuri, Kai belum kembali
kembali ke rumahnya sendiri. Dia pergi ke sebuah restoran yang tidak jauh dari
rumah Yuri.
PRANG
“Mwo?!” Pekik Kai.
Seorang pelayan dari restoran tersebut
menjatuhkan nampan yang ia bawa. Untung saja di atas nampan tersebut tidak
terdapat benda apapun, jadi tidak menimbulkan kekotoran di lantai restoran
tersebut.
Semua pengunjung restoran tertuju kepada sang
pelayan yang tadi menjatuhkan nampan yang ia bawa, termasuk Kai. Pelayan yang
menjadi pusat perhatian pengunjung hanya cengar-cengir salah tingkah karena
diperhatikan oleh banyak orang, dan pelayan tersebut pun pergi ke dapur
restoran.
“Pelayan yang aneh,” Ujar Kai.
Kai mengaduk-aduk minuman yang ada di hadapannya.
Kai masih penasaran dengan sikap Yuri yang sangat berubah terhadapnya. Walau
begitu, Kai tidak ingin terlalu memaksakan Yuri untuk menjelaskan apa yang
sebenanrnya terjadi kepada dirinya, mengapa sikapnya bisa berubah drastis
kepada Kai.
‘Mengapa perasaanku jadi tidak enak?!’ Pekik
batin Kai.
“Yuri noona!” Pekik Kai, membuat pengunjung yang
duduk di dekat mejanya memperhatikannya dengan aneh.
Kai terlonjat dari duduknya, berlari kecil menuju
kasir, dan membayar minuman yang ia pesan.
*************************
“Kenapa semua panggilan sibuk?!
Hiks..Hiks..Hiks..” Lirih Yuri yang dari tadi mencoba menghubungi
chingudeulnya.
“Sabar ya non,” Ucap pembantu Yuri.
Yuri hanya menganggukan kepala dengan lemas.
**************************
Kai mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.
RUMAH KWON YURI
Itulah tujuannya.
Tidak perlu waktu lama, ia sudah sampai di depan
rumah Yuri. Tanpa rasa takut akan kedatangan appa Yuri yang selalu tiba-tiba,
Kai mengetuk pintu rumah Yuri.
“ANNYEONG!!” Teriak Kai di depan pintu.
Yuri menoleh kea rah pintu rumahnya, suara itu
memang membuatnya sedikir kaget.
“Biar saya bukakan pintunya non,” Ucap pembantu
Yuri lalu pergi membuka pintu.
Saat pembantu Yuri membukakn pintu.
“NOON……..aa?” Pekikan Kai tiba-tiba lemas karena
ia mengira yang membukakan pintu adalah Yuri, tapi ternyata bukan.
“Ingin bertemu dengan siapa ya?” Tanya sang
pembantu.
“Saya ingin bertemu dengan Yuri noona,” Jawab
Kai.
“Biar saya panggilkan dulu,” Ucap pembantu Yuri
lalu masuk kembali menghampiri Yuri.
“Non, ada yang mencari,” Ucap pembantu itu.
“Siapa?” Tanya Yuri sambil menghapus air matanya
sendiri.
“Saya tidak menanyakan namanya, tapi kalau tidak
salah namja itu pernah kemari,” Jelas pembantu itu.
“Namja?!” Pekik Yuri, ‘Mungkin DO,’ Batinnya.
Yuri langsung berlari kecil ke pintu utama
rumahnya dan membuka pintu tersebut.
“NOONA!” Pekik Kai dan langsung memeluk Yuri
dengan erat.
“Kai hentikan!” Pekik Yuri berusaha mendorong
tubuh Kai yang memeluknya sangat erat.
“Noona kau baik-baik saja kan?!” Pekik Kai sambil
melepas pelukannya, memegang kedua pipi Yuri, dan memegang lengan Yuri mulai
dari pundaknya sampai ke ujung jari tangannya.
“Kai aku bilang hentikan!!” Pekik Yuri sambil
menepis tangan Kai dan menatap bola mata Kai dengan tajam.
“Noona… Kau tidak baik-baik saja?” Ucap Kai
sedikit gagap karena melihat bola mata Yuri yang sedikit merah dan mata Yuri
yang sedikit berkantung karena menangis.
“Kau ini kenapa?!” Pekik Yuri.
“Aku….”
“Apa?!” Pekik Yuri.
“Apa kau baik-baik saja?”
“Kenapa kau bertanya seperti itu?” Pekik Yuri.
“Kau habis menangis? Siapa yang membuatmu
menangis? Kenapa dia jahat sekali sampai membuat air matamu terbuang dengan
sia-sia?” Tanya Kai dengan bertub-tubi.
“Tidak ada yang membuatku menangis,” Jawab Yuri
dengan singkat.
“Lalu kenapa matamu sembab?” Tanya Kai heran.
“A…Aku…,” Ucap Yuri gagap.
“Ceritakan kepadaku apa yang terjadi noona, kalau
aku sanggup akan aku bantu masalahmu,” Tawar Kai.
“Appa…,” Rintih Yuri.
“Appamu kenapa?” Pekik Kai sambil melongok-longok
ke dalam rumah Yuri.
“Appa pingsan,” Lirih Yuri.
“Hah?!” Pekik Kai dan menelusup ke dalam rumah
Yuri.
‘Appanya pingsan, tidak akan bisa memarahiku
lagi,’ Batin Kai.
“KAI!!” Pekik Yuri.
Kai mengabaikan pekikan Yuri, ia terus masuk ke
dalam rumah Yuri.
“Ahjussi,” Ucap Kai pelan sambil
mengendap-ngendap saat dirinya sudah ada di dekat sofa dimana appa Yuri
tertidur lemas.
“Kai!” Pekik Yuri sambil menjambak rambut
belakang Kai.
“Aw! Noona, mengapa kau tak membawanya ke Rumah
Sakit?” Tanya Kai heran sambil mengerutkan keningnya.
“Tidak ada yang menyetirkan mobil untukku,” Ujar
Yuri.
“Supirmu?” Tanya Kai.
“Dia menjemput eomma,”
Kai tidak membalas omongan Yuri. Kai
mengusap-usap kening appa Yuri, mengecek suhu tubuhnya.
“Apa yang kau lakukan?!” Pekik Yuri.
“Noona! Tubuhnya sudah cukup panas!” Pekik Kai.
Tidak ada sedikit pun perasaan dendam Kai
terhadap appa Yuri, orang yang pernah melayangkan pukulan keras di pipinya. Kai
justru sangat perhatian terhadap appa Yuri.
“Ingin kau apakan appaku?!” Pekik Yuri lagi.
Kai berusaha menggendong tubuh appa Yuri. Untuk
apa? Kai ingin membawanya ke Rumah Sakit.
“Diamlah noona!” Pekik Kai.
“Mwo!? Kenapa kau jadi marah kepadaku?!” Cletuk
Yuri sebal.
“Bukan marah, aku hanya heran kepadamu. Mengapa
kau tidak memanggil taxi atau ambulance?” Cletuk Kai sambil mencoba
menyeimbangkan tubuh appa Yuri yang menopang ke pundaknya.
‘Aniyo, Kai benar! Dasar Yuri pabbo!’ Pekik Yuri
dalam bantinnya.
Kai membawa appa Yuri masuk ke dalam mobilnya,
mendudukannya di kursi belakang.
“Kau duduk di sebelah appamu,” Titah Kai kepada
Yuri.
“Ngh? Kau akan membuang appaku hah?” Pekik Yuri.
“Mengapa bertanya seperti itu? Memangnya tampangku
terlihat seperti orang tidak waras yang membuang orang sakit hah?” Pekik Kai.
“Lalu kau mau membawanya kemana? Bukankah kau
membenci appaku yang selalu memukulmu saat kau bertemu denganku hah?” Balas
Yuri.
“Berhentilah berdebat! Aku hanya ingin membawanya
ke Rumah Sakit,” Balas Kai.
“Kau…,” Ucapan Yuri terpotong oleh Kai.
“Masuklah! Aku tidak ingin sesuatu yang buruk
terjadi,” Ujar Kai.
Yuri hanya menganggukan kepalanya. Ia masuk ke
dalam mobil Kai, duduk tepat di sebelah appanya. Yuri merangkul pundak appanya
agar tidak bergoyang-goyang saat di perjalanan.
***************************
“Nyonya, tuan dibawa ke Rumah Sakit,” Ucap supir
keluarga Yuri.
“Mwo?! Apa penyakitnya kambuh?” Pekik eomma Yuri.
“Entah nyonya, biarkan saya mengantar anda,” Ujar
supir itu.
“Kajja!”
***************************
Mobil yang dikendarai oleh Kai sudah sampai di
Rumah Sakit. Dengan cekatan, Kai langsung memanggil dokter yang sudah stand by di pintu masuk Rumah Sakit
tersebut.
“Tolong bantu saya,” Pekik Kai kepada dokter.
Dengan cekatan tim medis dari Rumah Sakit itu
menyiapkan tempat tidur beroda untuk membawa appa Yuri ke ruangan pemeriksaan.
“Gomawo Kai,” Ucap Yuri di depan Kai yang sedang
menopang appa Yuri untuk berbaring di tempat tidur beroda itu.
Kai hanya diam, tetap fokus kepada apa yang
sedang ia lakukan.
‘Mengapa kau sebaik itu kepadaku? Appaku sudah
menyakitimu, mungkin tidak hanya di fisik, aku yakin hatimu pun sakit karena
appa menyakiti fisikmu tanpa alasan yang kau ketahui. Apa kau menyayangi aku
dan keluargaku? Ooh, aku merasa terlalu percaya diri. Aku yakin kau menyayangiku
hanya sebagai noonamu saja. Saranghae Kai,’ Ucap batin Yuri.
“NOONA!” Pekik Kai sambil melambai-lambaikan
tangannya di depan wajah Yuri.
“Hah?” Yuri pun tersadar dari lamunannya.
“Singkirkan kakimu dari sana noona, kau
menghalangi rodanya!” Pekik Kai.
Entah dari kapan Yuri menghalangi roda tempat
tidur itu dengan kakinya. Semua tim medis yang ada di sekitarnya pun menatap
Yuri dengan wajah datar.
“Noona palli!” Pekik Kai.
Yuri pun menyingkirkan kakinya. Dengan cekatan
tim medis pun mendorong dengan cukup cepat tapi teratur tempat tidur beroda itu
dan membawanya ke ruang pemeriksaan.
“Silakan anda tunggu di luar ruangan, kami akan
memeriksa pasien terlebih dahulu,” Ucap sang dokter dan menutup pintu ruang
pemeriksaan itu.
“Appa…,” Lirih Yuri sambil sedikit mengintip ke
dalam ruangan pemeriksaan melalui kaca kecil di tengah pintu.
“Kita do’akan yang terbaik untuk appamu,” Ucap
Kai sambil memegang kedua pundak Yuri dari belakang.
“Ne,” Lirih Yuri sambil memegang pundak kirinya
dengan tangan kanannya.
‘Tangannya dingin?!’ Ucap batin Kai.
“Kita menunggu sambil duduk, bagaimana?” Ajak
Kai.
“Kajja!”
Mereka berdua pun duduk bersamaan di kursi untuk
menunggu pasien.
“Sebenarnya apa yang terjadi kepada appamu?”
Tanya Kai penasaran.
“Aku pun tak tahu, tiba-tiba saja ia pingsan
setelah menerima telepon dari karyawannya,” Jelas Yuri.
“Mungkin ada sesuatu yang terjadi,” Ucap Kai.
“Mungkin? Ah, aku tak tahu,” Lirih Yuri.
Pembicaraan mereka tiba-tiba terhenti karena
habis pembicaraan.
‘Appa, aku berahap baik atas kesehatanmu,’ Batin
Yuri.
‘Ahjussi, sembuhlah dari segala penyakit yang kau
idap. Restuilah aku bertemu dengan Yuri noona,’ Batin Kai.
Mereka berdo’a untuk kesembuhan appa Yuri,
berharap baik atas segalanya. Yuri sangat menginginkan kesehatan appanya yang
akan membaik, dan Kai berharap segala penyakit yang diidap oleh appa Yuri akan
sembuh, dan Kai berdo’a agar diizinkan untuk sering-sering bertemu dengan Yuri.
“YURI-AH!!” Panggil seseorang dari jarak yang
cukup jauh dari tempat duduk Yuri dan Kai.
Bersamaan Yuri dan Kai menolehkan pandangannya
kepada orang yang memanggil Yuri.
-TBC-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar