Senin, 20 Mei 2013

First "WOW!!" CHAPTER 11



Author : @AriatnaCitraC ^-^
Tittle    : First ”WOW!!”
Genre  : Romance, Sedikit comedy mungkin(?), dan tentukan sendiri haha ^-^v
Cast     :              
-          Kim Jong In (Kai) EXO-K
-          Kwon Yuri SNSD
Other Cast       :
-          Wi Yi Fan (Kris) EXO-M
-          Jessica Jung SNSD
-          Oh Sehun EXO-K
-          D.O Kyungsoo EXO-K
Prev;
Yuri hanya diam. Matanya semakin terbuka lebar, ‘Apa yang ingin ia tanyakan?’ Batin Yuri. Perasaannya tiba-tiba berubah menjadi tak tenang dan merasa tegang.
“Apa?” Ucap Yuri.

Kai menjadi terdiam sejenak. Dia memikirkan bagaimana cara menanyakannya. Kai takut Yuri akan mengusirnya karena pertanyaannya itu.
“Janji tidak akan mengusirku?” Tanya Kai penuh harapan.
“Mengusir? Untuk apa? Aku bukan yeoja pabbo yang suka mengusir tamu,” Pekik Yuri.
“Tapi aku yakin pertanyaan ini akan membuatmu mengusirku,” Ucap Kai penuh keyakinan.
‘Apa yang ingin kau katakana? Apakah tentang sikapku? Mungkin memang pertanyaan itu. Ku coba untuk menahan emosiku, ayo tanyakan,’ Batin Yuri.
“Mengapa sikapmu berubah?” Tanya Kai pelan.
Yuri hanya diam. Matanya mulai terasa berat. Ia merasakan matanya akan mengeluarkan berlian cair lagi.
“Aku sudah bilang itu pertanyaan bodoh, heh,” Ucap Kai.
“Jeongmal mianhae,” Ucap Yuri pelan.
“Haah, ne. Sepertinya aku harus pergi sebelum kau mengusirku, jeongmal gomawo,” Ucap Kai sambil pergi meninggalkan Yuri.
****************************
Kai gagal melaksanakan rencananya. Sebelumnya ia memang ingin mempertanyakan keadaan Yuri yang sangat berubah terhadapnya. Tapi Kai tak ingin memberatkan hati Yuri bila Yuri memang belum mau memberitahukannya, dan ia memutuskan untuk kembali ke rumahnya.
Kai mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Kai merasa emosinya kembali naik. Kai gagal melaksanakan rencananya walaupun memang nia sendiri yang berkeputusan untuk melaksanakan rencananya lain waktu sampai Yuri benar-benar bisa menjelaskan apa yang terjadi kepada dirinya sehingga berubah terhadap Kai.
**************************
“Jeongmal mianhae Kai,” Lirih Yuri seraya Kai meninggalkannya sendiri.
Tangisnya hampir meledak, tapi Yuri menahannya. Yuri tak ingin ada yang melihatnya menangis.
“Eomma..,” Lirih Yuri lagi.
“Eoh?! Eomma? Mengapa Eomma tidak marah saat Kai datang kemari, dan justru menyuruhnya masuk ke dalam rumah,” Yuri terperanjat dari duduknya.
Yuri berlari kecil ke dapur, hendak mencari Eomma-nya.
“Eomma?” Panggil Yuri sesampainya di dapur.
“Hmm, waeyo?” Jawab Eomma Yuri.
“Bolehkah aku menanyakan sesuatu?” Pinta Yuri dengan nada tak yakin.
“Tentu saja,” Balas Eomma Yuri.
“Yakin tak akan marah?” Tanya Yuri lagi yang semakn ragu.
“Kenapa harus marah, Yuri-ya? Memangnya apa yang ingin kau tanyakan?” Tanya Eomma Yuri yang penasaran dengan pertanyaan yang akan dilontarkan oleh Yuri.
“Aku takut kalau Eomma akan marah,” Ucap Yuri.
“Eomma tidak akan marah bila kau cepat mengatakan apa yang ingin kau tanyakan, Yuri-ya,” Ucap Eomma Yuri.
“Baiklah. Ehem, begini…,” Ucapan Yuri terhenti karena mendengar seseorang mengetuk meja di dapurnya.
Yuri memejamkan matanya.
‘Untung saja aku belum mempertanyakan hal ini, kalau tidak aku akan mati,’ Batin Yuri.
“Kau ingin bertanya apa kepada Eomma-mu?” Ucap seseorang itu.
“Mmh, itu…,”
“APA?!” Pekik Appa Yuri.
Seseorang itu memanglah Appa Yuri. Entah sejak kapan Appa Yuri bisa ada di dapur bersama Yuri dan Eomma-nya. Tapi Yuri bersyukur saat Appa-nya sendiri memberi isyarat atas keberadaannya di antara Yuri dan Eomma-nya. Yuri bersyukur karena ia sangat yakin bila Appa-nya mendengar apa yang ia tanyakan kepada Eomma-nya, Appa Yuri akan marah besar.
“Aku hanya ingin menanyakan bagaimana cara merawat kulit yang benar, aku lihat kulit Eomma masih sangat baik untuk usianya,” Ucap Yuri dengan penuh keyakinan bahwa Appa Yuri tidak akan berkomentar atas pertanyaannya itu.
Appa Yuri memang tidak berkomentar apapun. Tetapi beliau menaikan sebelah alisnya, sedikir ada kecurigaan disana.
“Benarkah?” Tanya Appa Yuri.
“Mengapa tidak percaya?” Ucap Yuri.
“……..” Appa Yuri tak membalas apapun atas kata-kata Yuri.
“Lebih baik Eomma menjelaskan pertanyaanku di kamar,” Ajak Yuri sambil memegang tangan Eomma Yuri.
‘Kenapa tangan Yuri dingin?’ Batin Eomma Yuri.
“Lebih baik kau ikuti, Yuri-ya,” Pinta Appa Yuri.
“Mau kemana?” Tanya Yuri.
“Ruang keluarga saja,” Ucap Appa Yuri dan pergi ke ruang keluarga.
“Yuri-ah! Mengapa tanganmu dingin?” Bisik Eomma Yuri.
“Eomma, bukan itu yang ingin kutanyakan, mungkin setelah aku berbicara dengan Appa, aku akan menanyakan yang sebenarnya ingin kutanyakan,” Ucap Yuri sedikit berbisik.
“Baiklah, kalau begitu cepat kau temui Appa-mu,” Ucap Eomma Yuri sambil mengusap pundak Yuri.
Yuri berlari kecil mendekati Appa-nya yang sudah menunggu di ruang keluarga.
Jatung Yuri berdegup kencang saat dirinya sudah berada di samping appa-nya. Yuri mulai ketakutan, ia tahu apa yang ingin dibicarakan appa-nya.
“Duduklah,” Perintah appa Yuri.
“Ne appa,” Yuri dengan penuh keraguan duduk disebelah appa-nya.
“Appa ingin bicara denganmu,” Ucap appa Yuri dengan lembut.
‘Tuhan lindungi aku,’ Batin Yuri.
“Appa ingin kau jawab dengan jujur,” Ucap appa Yuri yang membuat Yuri semakin ketakutan.
‘Tuhan, apa yang ingin appa tanyakan? Aku takut kalau ini menyangkut masalah Kai,’ Batin Yuri.
“Memang apa yang ingin appa tanyakan?” Tanya Yuri dengan penuh keraguan.
“Sebenarnya bagaimana hubunganmu dengan DO Kyungsoo?” Tanya appa Yuri sambil memfokuskan pandangannya kepada Yuri.
“Ba..baik-baik saja, memangnya kenapa?” Jawab Yuri dengan gugup.
“Appa tak yakin dengan jawabanmu,” Ucap appa Yuri yang masih memperhatikan wajah Yuri yang terlihat jelas aura kegugupannya.
“Tapi memang baik-baik saja,” Ucap Yuri yang kini tertunduk.
“Nada bicaramu tak membuat appa yakin, Yuri-ah! Jawab dengan jujur!” Pekik appa Yuri.
“Aku harus jawab apalagi? Memang hubunganku dengannya baik-baik saja,” Ucap Yuri berusaha meyakinkan appanya.
“Appa jarang melihatmu pergi bersama DO Kyungsoo,” Ucap appa Yuri.
“Apakah aku harus selalu pergi bersamanya?” Ucap Yuri.
PRANG!!!
Sebuah figura berukuran cukup besar yang tertutup kaca jatuh dari dinding dekat ruang makan. Dengan cekatan appa Yuri langsung berlari ke tempat jatuhnya figura.
“LUKISANKU!!” Pekik appa Yuri sambil meremas kepalanya dengan kedua tangannya.
Yuri berlari kecil mengahmpiri appanya. Yuri hanya ternganga saat melihat lukisan kesangan appanya yang berharga lebih dari 300 juta sudah rusak karena terjatuh dari dinding.
“Mengapa bisa jatuh? Ini uangku!!” Pekik appa Yuri yang masih meremas kepalanya.
“Appa sabar! Ini hanya lukisan,” Pekik Yuri.
“Tapi ini berharga, Yuri-ah!” Pekik appa Yuri.
“Apa tidak bisa appa membeli lukisan seperti ini lagi?” Tanya Yuri dengan yakin appanya masih memiliki banyak uang.
“Lukisan ini hasil lelang, appa tak yakin masih ada lukisan yang seindah lukisan ini,” Pekik appa Yuri.
“Tak bisakah membuat lukisan yang sama?” Tanya Yuri.
“Tetap saja appa ingin lukisan ini,” Ucap appa Yuri.
“Aah, appa sudahlah, lebih baik pecahan kacanya segera dibersihkan,” Ucap Yuri.
“Ya sudahlah mau bagaimana lagi?! Tolong kamu panggilkan bibi untuk membersihkan ini,” Perintah appa Yuri.
“Baik appa. Bibi!!!!!!!!!!!!!!!!” Panggil Yuri dengan suara yang sangat keras sampai membuat appanya tutup telinga.
“Yeoja muda yang aneh,” Ucap appa Yuri.
“Mianhae appa hehehe,” Yuri meringis.
Pembantu di rumah Yuri datang menghampiri Yuri dan appanya.
“Ada apa noon?” Ucap Pembantu Yuri sambil setengah membungkukan badan.
“Tolong bersihkan pecahan kaca ini ya, bi?” Titah Yuri kepada pembantunya.
“Baik noon,” Ucap pembantu Yuri.
Appa Yuri meninggalkan Yuri dan pembatunya itu. Appanya kembali ke ruang keluarga, berencana ingin menanyakan hal yang sebelumnya sudah ia tanyakan kepada Yuri. Dari belakang Yuri mengikuti appanya, dan tanpa perintah Yuri kembali duduk di sebelah appanya.
Yuri kembali merasakan kegugupan yang tadi ia rasakan saat appanya mempertanyakan hubungannya dengan DO Kyungsoo.
“Eomma mau pergi dulu ke tempat arisan,” Ucap Eomma Yuri yang tiba-tiba ada di belakang Yuri dan appanya.
“Ne eomma,” Ucap Yuri.
Eomma Yuri pun pergi menjalani kegiatan bulanannya bersama teman-temannya.

Kring…Kring…Kring…
Ponsel appa Yuri tiba-tiba berbunyi. Terdapat sebuah panggilan disana. Panggilan dari karyawan appa Yuri yang bekerja di kantornya.
-Di telepon-
“Yeoboseyo?” Ucap appa Yuri.
“Se…Selamat Siang,” Ucap karyawan dengan nada gugup.
“Ne, ada apa?” Ucap Appa Yuri.
“A…anu…,” Jawab karyawannya dengan sangat gugup.
“ANU APA?!” Pekik Appa Yuri.
“Ge..Gedung Kantor kebakaran,” Ucap sang karyawan.
“MWO?! KAU JANGAN BERCANDA! INGIN SAYA PECAT HAH?!” Pekik appa Yuri.
“Tapi saya benar-benar tidak bercanda,”
“…………..”
Tiba-tiba appa Yuri pingsan dengan seketika di samping Yuri. Yuri yang melihatnya pun langsung menjerit terkaget-kaget karena appanya dengan tiba-tiba sudah tergeletak di sofa yang berukuran cukup besar itu.
“APPA!!!!!!!!” Jerit Yuri.
Sontak semua orang yang bekerja di rumahnya langsung datang ke ruang tengah menghampiri Yuri dan appanya yang sudah tak sadarkan diri.
“Ada apa non?” Tanya supir pribadi Yuri.
“Appa pingsan hiks..hiks..” Jawab Yuri yang spontan mengeluarkan berlian cair lagi dari ujung matanya.
“Biar saya bantu untuk membawanya ke Rumah Sakit ya?” Tawar sang supir.
“Tidak usah, lebih baik ahjussi menjemput Eomma untuk menyusul ke Rumah Sakit nanti,” Ucap Yuri.
“Lalu tuan dan nona pergi dengan siapa?” Tanya supir Yuri.
“Saya minta bantuan kepada teman saja,” Ucap Yuri.
Yuri menelpon Jessica.
-Di telepon-
“Yeoboseyo?” Ucap Jessica.
“Sica! Jebal! Bantu aku juseyo!” Mohon Yuri dengan nada terburu-buru.
“Bantu apa?” Tanya Jessica.
“Appaku pingsan, maukah kau meminjamkan mobil dan menyetirkannya untukku? Supirku harus menjemput Eomma,” Jelas Yuri tergesa-gesa.
“Jeongmal mianhae, Yuri-ah. Tapi mobilku sedang digunakan oleh adikku,” Ucap Jessica.
“Aah, baiklah. Gomawo,” ‘tutt…tutt..tutt..’ Yuri menutup teleponnya.
--
“Mobilnya tidak ada,” lirih Yuri.
“Biarkan saya mengantar tuan dan nona dulu ke Rumah Sakit, baru menjemput nyonya,” Tawar sang supir.
“Tapi rumah teman Eomma jauh sekali, lebih baik jemput Eomma dulu. Eomma selalu tidak mau terlambat mengenai keadaan appa,” Ucap Yuri.
“Baiklah saya akan menjemput nyonya,” Supir Yuri pun pergi.
******************************
Sepulang dari rumah Yuri, Kai belum kembali kembali ke rumahnya sendiri. Dia pergi ke sebuah restoran yang tidak jauh dari rumah Yuri.
PRANG
“Mwo?!” Pekik Kai.
Seorang pelayan dari restoran tersebut menjatuhkan nampan yang ia bawa. Untung saja di atas nampan tersebut tidak terdapat benda apapun, jadi tidak menimbulkan kekotoran di lantai restoran tersebut.
Semua pengunjung restoran tertuju kepada sang pelayan yang tadi menjatuhkan nampan yang ia bawa, termasuk Kai. Pelayan yang menjadi pusat perhatian pengunjung hanya cengar-cengir salah tingkah karena diperhatikan oleh banyak orang, dan pelayan tersebut pun pergi ke dapur restoran.
“Pelayan yang aneh,” Ujar Kai.
Kai mengaduk-aduk minuman yang ada di hadapannya. Kai masih penasaran dengan sikap Yuri yang sangat berubah terhadapnya. Walau begitu, Kai tidak ingin terlalu memaksakan Yuri untuk menjelaskan apa yang sebenanrnya terjadi kepada dirinya, mengapa sikapnya bisa berubah drastis kepada Kai.
‘Mengapa perasaanku jadi tidak enak?!’ Pekik batin Kai.
“Yuri noona!” Pekik Kai, membuat pengunjung yang duduk di dekat mejanya memperhatikannya dengan aneh.
Kai terlonjat dari duduknya, berlari kecil menuju kasir, dan membayar minuman yang ia pesan.
*************************
“Kenapa semua panggilan sibuk?! Hiks..Hiks..Hiks..” Lirih Yuri yang dari tadi mencoba menghubungi chingudeulnya.
“Sabar ya non,” Ucap pembantu Yuri.
Yuri hanya menganggukan kepala dengan lemas.
**************************
Kai mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.
RUMAH KWON YURI
Itulah tujuannya.
Tidak perlu waktu lama, ia sudah sampai di depan rumah Yuri. Tanpa rasa takut akan kedatangan appa Yuri yang selalu tiba-tiba, Kai mengetuk pintu rumah Yuri.
“ANNYEONG!!” Teriak Kai di depan pintu.
Yuri menoleh kea rah pintu rumahnya, suara itu memang membuatnya sedikir kaget.
“Biar saya bukakan pintunya non,” Ucap pembantu Yuri lalu pergi membuka pintu.
Saat pembantu Yuri membukakn pintu.
“NOON……..aa?” Pekikan Kai tiba-tiba lemas karena ia mengira yang membukakan pintu adalah Yuri, tapi ternyata bukan.
“Ingin bertemu dengan siapa ya?” Tanya sang pembantu.
“Saya ingin bertemu dengan Yuri noona,” Jawab Kai.
“Biar saya panggilkan dulu,” Ucap pembantu Yuri lalu masuk kembali menghampiri Yuri.
“Non, ada yang mencari,” Ucap pembantu itu.
“Siapa?” Tanya Yuri sambil menghapus air matanya sendiri.
“Saya tidak menanyakan namanya, tapi kalau tidak salah namja itu pernah kemari,” Jelas pembantu itu.
“Namja?!” Pekik Yuri, ‘Mungkin DO,’ Batinnya.
Yuri langsung berlari kecil ke pintu utama rumahnya dan membuka pintu tersebut.
“NOONA!” Pekik Kai dan langsung memeluk Yuri dengan erat.
“Kai hentikan!” Pekik Yuri berusaha mendorong tubuh Kai yang memeluknya sangat erat.
“Noona kau baik-baik saja kan?!” Pekik Kai sambil melepas pelukannya, memegang kedua pipi Yuri, dan memegang lengan Yuri mulai dari pundaknya sampai ke ujung jari tangannya.
“Kai aku bilang hentikan!!” Pekik Yuri sambil menepis tangan Kai dan menatap bola mata Kai dengan tajam.
“Noona… Kau tidak baik-baik saja?” Ucap Kai sedikit gagap karena melihat bola mata Yuri yang sedikit merah dan mata Yuri yang sedikit berkantung karena menangis.
“Kau ini kenapa?!” Pekik Yuri.
“Aku….”
“Apa?!” Pekik Yuri.
“Apa kau baik-baik saja?”
“Kenapa kau bertanya seperti itu?” Pekik Yuri.
“Kau habis menangis? Siapa yang membuatmu menangis? Kenapa dia jahat sekali sampai membuat air matamu terbuang dengan sia-sia?” Tanya Kai dengan bertub-tubi.
“Tidak ada yang membuatku menangis,” Jawab Yuri dengan singkat.
“Lalu kenapa matamu sembab?” Tanya Kai heran.
“A…Aku…,” Ucap Yuri gagap.
“Ceritakan kepadaku apa yang terjadi noona, kalau aku sanggup akan aku bantu masalahmu,” Tawar Kai.
“Appa…,” Rintih Yuri.
“Appamu kenapa?” Pekik Kai sambil melongok-longok ke dalam rumah Yuri.
“Appa pingsan,” Lirih Yuri.
“Hah?!” Pekik Kai dan menelusup ke dalam rumah Yuri.
‘Appanya pingsan, tidak akan bisa memarahiku lagi,’ Batin Kai.
“KAI!!” Pekik Yuri.
Kai mengabaikan pekikan Yuri, ia terus masuk ke dalam rumah Yuri.
“Ahjussi,” Ucap Kai pelan sambil mengendap-ngendap saat dirinya sudah ada di dekat sofa dimana appa Yuri tertidur lemas.
“Kai!” Pekik Yuri sambil menjambak rambut belakang Kai.
“Aw! Noona, mengapa kau tak membawanya ke Rumah Sakit?” Tanya Kai heran sambil mengerutkan keningnya.
“Tidak ada yang menyetirkan mobil untukku,” Ujar Yuri.
“Supirmu?” Tanya Kai.
“Dia menjemput eomma,”
Kai tidak membalas omongan Yuri. Kai mengusap-usap kening appa Yuri, mengecek suhu tubuhnya.
“Apa yang kau lakukan?!” Pekik Yuri.
“Noona! Tubuhnya sudah cukup panas!” Pekik Kai.
Tidak ada sedikit pun perasaan dendam Kai terhadap appa Yuri, orang yang pernah melayangkan pukulan keras di pipinya. Kai justru sangat perhatian terhadap appa Yuri.
“Ingin kau apakan appaku?!” Pekik Yuri lagi.
Kai berusaha menggendong tubuh appa Yuri. Untuk apa? Kai ingin membawanya ke Rumah Sakit.
“Diamlah noona!” Pekik Kai.
“Mwo!? Kenapa kau jadi marah kepadaku?!” Cletuk Yuri sebal.
“Bukan marah, aku hanya heran kepadamu. Mengapa kau tidak memanggil taxi atau ambulance?” Cletuk Kai sambil mencoba menyeimbangkan tubuh appa Yuri yang menopang ke pundaknya.
‘Aniyo, Kai benar! Dasar Yuri pabbo!’ Pekik Yuri dalam bantinnya.
Kai membawa appa Yuri masuk ke dalam mobilnya, mendudukannya di kursi belakang.
“Kau duduk di sebelah appamu,” Titah Kai kepada Yuri.
“Ngh? Kau akan membuang appaku hah?” Pekik Yuri.
“Mengapa bertanya seperti itu? Memangnya tampangku terlihat seperti orang tidak waras yang membuang orang sakit hah?” Pekik Kai.
“Lalu kau mau membawanya kemana? Bukankah kau membenci appaku yang selalu memukulmu saat kau bertemu denganku hah?” Balas Yuri.
“Berhentilah berdebat! Aku hanya ingin membawanya ke Rumah Sakit,” Balas Kai.
“Kau…,” Ucapan Yuri terpotong oleh Kai.
“Masuklah! Aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi,” Ujar Kai.
Yuri hanya menganggukan kepalanya. Ia masuk ke dalam mobil Kai, duduk tepat di sebelah appanya. Yuri merangkul pundak appanya agar tidak bergoyang-goyang saat di perjalanan.
***************************
“Nyonya, tuan dibawa ke Rumah Sakit,” Ucap supir keluarga Yuri.
“Mwo?! Apa penyakitnya kambuh?” Pekik eomma Yuri.
“Entah nyonya, biarkan saya mengantar anda,” Ujar supir itu.
“Kajja!”
***************************
Mobil yang dikendarai oleh Kai sudah sampai di Rumah Sakit. Dengan cekatan, Kai langsung memanggil dokter yang sudah stand by di pintu masuk Rumah Sakit tersebut.
“Tolong bantu saya,” Pekik Kai kepada dokter.
Dengan cekatan tim medis dari Rumah Sakit itu menyiapkan tempat tidur beroda untuk membawa appa Yuri ke ruangan pemeriksaan.
“Gomawo Kai,” Ucap Yuri di depan Kai yang sedang menopang appa Yuri untuk berbaring di tempat tidur beroda itu.
Kai hanya diam, tetap fokus kepada apa yang sedang ia lakukan.
‘Mengapa kau sebaik itu kepadaku? Appaku sudah menyakitimu, mungkin tidak hanya di fisik, aku yakin hatimu pun sakit karena appa menyakiti fisikmu tanpa alasan yang kau ketahui. Apa kau menyayangi aku dan keluargaku? Ooh, aku merasa terlalu percaya diri. Aku yakin kau menyayangiku hanya sebagai noonamu saja. Saranghae Kai,’ Ucap batin Yuri.
“NOONA!” Pekik Kai sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Yuri.
“Hah?” Yuri pun tersadar dari lamunannya.
“Singkirkan kakimu dari sana noona, kau menghalangi rodanya!” Pekik Kai.
Entah dari kapan Yuri menghalangi roda tempat tidur itu dengan kakinya. Semua tim medis yang ada di sekitarnya pun menatap Yuri dengan wajah datar.
“Noona palli!” Pekik Kai.
Yuri pun menyingkirkan kakinya. Dengan cekatan tim medis pun mendorong dengan cukup cepat tapi teratur tempat tidur beroda itu dan membawanya ke ruang pemeriksaan.
“Silakan anda tunggu di luar ruangan, kami akan memeriksa pasien terlebih dahulu,” Ucap sang dokter dan menutup pintu ruang pemeriksaan itu.
“Appa…,” Lirih Yuri sambil sedikit mengintip ke dalam ruangan pemeriksaan melalui kaca kecil di tengah pintu.
“Kita do’akan yang terbaik untuk appamu,” Ucap Kai sambil memegang kedua pundak Yuri dari belakang.
“Ne,” Lirih Yuri sambil memegang pundak kirinya dengan tangan kanannya.
‘Tangannya dingin?!’ Ucap batin Kai.
“Kita menunggu sambil duduk, bagaimana?” Ajak Kai.
“Kajja!”
Mereka berdua pun duduk bersamaan di kursi untuk menunggu pasien.
“Sebenarnya apa yang terjadi kepada appamu?” Tanya Kai penasaran.
“Aku pun tak tahu, tiba-tiba saja ia pingsan setelah menerima telepon dari karyawannya,” Jelas Yuri.
“Mungkin ada sesuatu yang terjadi,” Ucap Kai.
“Mungkin? Ah, aku tak tahu,” Lirih Yuri.
Pembicaraan mereka tiba-tiba terhenti karena habis pembicaraan.
‘Appa, aku berahap baik atas kesehatanmu,’ Batin Yuri.
‘Ahjussi, sembuhlah dari segala penyakit yang kau idap. Restuilah aku bertemu dengan Yuri noona,’ Batin Kai.
Mereka berdo’a untuk kesembuhan appa Yuri, berharap baik atas segalanya. Yuri sangat menginginkan kesehatan appanya yang akan membaik, dan Kai berharap segala penyakit yang diidap oleh appa Yuri akan sembuh, dan Kai berdo’a agar diizinkan untuk sering-sering bertemu dengan Yuri.
“YURI-AH!!” Panggil seseorang dari jarak yang cukup jauh dari tempat duduk Yuri dan Kai.
Bersamaan Yuri dan Kai menolehkan pandangannya kepada orang yang memanggil Yuri.


-TBC-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar