Author : @AriatnaCitraC ^-^
Tittle : First”WOW!!”
Genre : Romance, Sedikit comedy mungkin(?), dan
tentukan sendiri haha ^-^v
Cast :
-
Kim Jong In (Kai) EXO-K
-
Kwon Yuri SNSD
Other
Cast :
-
Wi Yi Fan (Kris) EXO-M
-
Jessica Jung SNSD
-
Oh Sehun EXO-K
-
D.O Kyungsoo EXO-K
Prev;
************************
‘TEEERTTT’
Bel tanda jam pulang pun berbunyi. Semua siswa
langsung membereskan buku mereka masing-masing dengan semangat karena ingin
cepat-cepat kembali ke rumah.
“Kajja gosong!” Pekik Kris ditelinga Kai.
“Ish! Berisik kau! Duluan saja, aku masih ada
urusan,” Pekik Kai.
“Dengan siapa? Yuri noona?”
“Hmm, kau tahu itu”
“Ya sudahlah, semoga urusanmu berjalan dengan
baik”
“Ne, gomawo”
“Aku duluan, annyeong”
Kris pun meninggalkan Kai sendirian di kelasnya
itu. Memang yang tersisa di dalam kelas hanya Kai. Dia sangat tidak
bersemangat, masih memikirkan apa yang terjadi dengan Yuri. Ia masih sangat
khawatir.
..
Kai keluar dari kelasnya dengan lemas. Ia
berjalan menuju gerbang sekolah, menunggu Yuri akan lewat dengan cantiknya
disana.
YES!
Batin Kai tergetar. Ia melihat sosok cantik itu, sosok
yang ia tunggu-tunggu, Kwon Yuri.
“Yuri noona!?” Seru Kai memanggil Yuri.
Yuri hanya menoleh melihat namja yang memanggil
namanya. Bukannya menghampiri Kai, Yuri justru berlari kecil semakin menjauh
dari Kai.
“Noona!” Seru Kai lagi yang dengan sigap berlari
dengan cepat hendak menghadang jalan Yuri.
..
“Haahh!! Hosh.. Hosh.. Hosh,” Erang Kai saat
berhasil menghadang jalan Yuri.
Wajah Yuri terlihat berkerut, sama sekali tidak
ada senyuman disana.
“Jebal Kai! Jangan menghalangi jalanku!” Pekik
Yuri ditengah keramaian siswa yang baru keluar dari gerbang sekolah.
“Wae noona? Kau sangat berbeda hari ini. Bahkan
kau belum menjawab tawaran makan siangku,” Ucap Kai.
“Jeongmal mianhae Kai, aku tidak bisa. Aku masih
sibuk,” Ucap Yuri lalu pergi lagi menjauh dari Kai dan langsung menyetop sebuah
taxi.
“Tapi kau selalu mengatakannya baik-baik, tidak
seperti ini,” Ucap Kai pelan yang berharap Yuri mendengar kata-katanya itu saat
ia terus memandangi jalannya taxi yang ditumpangi Yuri.
..
Di tempat lain~
‘Mianhae Kai, untuk sementara ini aku ingin menjauh
dulu. Jeongmal mianhae,’ Rintih batin Yuri.
Gimme time
machine~
Ni nori
konde~
Ponsel Yuri berdering. Terdapat sebuah panggilan
disana.
‘Sial! Mengapa dia menelponku?’ Pekik batin Yuri.
Yuri tidak mengangkat panggilannya, dia hanya
mendiamkan panggilan itu tanpa menolaknya.
Tak lama ponselnya berdering, panggilan itu sudah
dihentikan oleh sang pemanggil.
‘Syukuralah,’ Batin Yuri.
Hati Yuri sangat tak tenang selama perjalanan.
Dan tak lama kemudian..
Gimme time
machine~
Ni nori
konde~
Ponsel Yuri kembali berdering. Panggilan dari
orang yang sama. Panggilan itu dari namja yang tentu sedang membuat hatinya
sangat tidak tenang, walaupun sebenarnya wajah namja itu sangat menenangkan.
Tapi perasaannya terhadap namja itu yang membuat hati dan pikirannya bagai
sedang diterjang ombak tsunami, sangat hancur.
~~Ponsel Yuri terus berdering, sampai supir taxi
yang mengantar Yuri pun menegur Yuri.
“Noona, ponsel anda berbunyi. Sepertinya ada
sebuah panggilan,” tegur supir taxi itu.
“Ani, ini panggilan tidak penting,” Jawab Yuri.
Sang supir taxi pun hanya terdiam, tidak ingin
terlalu sok tahu keadaan Yuri.
..
Tak beberapa lama kemudian, Yuri pun telah sampai
di depan rumahnya. Berlari kecil memasuki halaman rumahnya dan hendak pergi ke
kamarnya.
******************************
Di tempat lain~
“Aaargghh!!!” Pekik Kai sambil melempar ponselnya
ke ranjang.
“Sial! Apa salahku?!” Pekik Kai.
“Kai pabbo!” Pekik Kai lagi.
Kai terus menyalahkan dirinya walaupun ia sama
sekali tidak tahu apa penyebab berubahnya Yuri terhadapnya. Pikiran Kai sangat
kacau. Ia terus meremas kepalanya, karena keadaan buruk itu membuatnya sangat
pusing.
**************************
Yuri membanting tubuhnya di atas kasur lembut
miliknya. Memeluk dengan erat gulingnya, bahkan mencengkram erat guling itu
dengan kuku lentiknya.
“Mianhae, Kai. Jeongmal mianhae,” rintih Yuri.
Tak lama kemudian, air mata itu mengalir lagi di
pipinya. Dan tak lama kemudian pun ponsel Yuri bergetar.
Drrtt… drrt..
KIM JONG IN
Kai kembali menghubungi Yuri. Banti Yuri terus
menjerit. Apa yang harus ia lakukan. Ia sangat bingung. Ia merindukannya. Tapi
ia berusaha untuk beberapa saat ini menjauh dari namja itu.
“Haruskah aku mengangkat teleponnya?” Rintih Yuri
kebingungan.
Tanpa pikir panjang lagi Yuri menolak panggilan
dari Kai. Dan tak lama kemudian Kai kembali menghubungi Yuri. Yuri semakin
bingung. Yuri masih memiliki perasaan takut apabila masih berhubungan dengan
Kai. Apalagi saat ini statusnya sebagai yeojachingu DO Kyungsoo. Yuri takut
dengan Appa-nya. Apalagi Appa-nya terlihat sangat membenci Kai walaupun Kai
tidak memiliki kesalahan yang fatal terhadap Appa Yuri.
**************************
Kai menghentikan panggilannya. Hatinya sangat
tidak tenang mengingat sikap Yuri saat ini sangat berbeda terhadapnya. Ingin
sekali Kai bertanya banyak kepada Yuri, tapi Yuri tidak merespon panggilannya.
Hanya bisa menghindar atau mengabaikannya. Kai ingin mendatangi rumah Yuri,
tapi Kai takut dengan Appa Yuri yang memang terllihat membenci walau entah
dengan alasan apa Appa Yuri membencinya.
“Sial!” Pekik Kai.
Batin Kai tersiksa. Nafasnya terasa sesak saat
pikirannya benar-benar dipenuhi oleh Yuri. Kai merasa hidupnya sangat tidak
berarti. Belum sempat ia memiliki Yuri, tapi saat ini ia tengah dijauhi Yuri.
Kai menjadi sangat bingung. ‘Apa alasannya? Apa alasan atas semua respon buruk
ini? Aku merasa tidak memiliki kesalahan apapun, aku selalu berusaha untuk berisikap
baik terhadapnya,’ jerit batin Kai.
‘Ddddrrrrrrrtttt..’
Ponsel Kai bergetar. Bahkan hatinya pun bergetar.
Ia sangat senang melihat nama itu terlihat jelas di layar ponselnya.
KWON YURI
Ya, nama yeoja itu terlihat jelas menghiasi layar
ponsel Kai. Yeoja itu mengirim pesan singkat kepada Kai.
‘Jeongmal
mianhae Kai.
Aku sedang
tidak bisa
mengangkat
panggilanmu,
ada apa?’
Memang pesan singkat yang membuat hati Kai
sedikit tenang. Kai merasa Yuri masih peduli terhadapnya.
‘Apa aku
mengganggumu?
Mianhae,
aku hanya ingin
mengatakan
sesuatu.’
Balas Kai. Yang tak lama kemudian dibalas oleh
Yuri.
‘Tak perlu
meminta maaf
Kau tak
salah apapun.
Apa yang
mau kau katakan?’
Balas Yuri.
Kai terdiam. Harusnya Kai tidak bilang bahwa dia
akan mengatakan sesuatu. Dia belum siap untuk mengatakannya saat ini juga.
‘Mungkin
lain waktu
aku harus
mengatakannya’
Balas Kai. Yuri merasa dipermainkan. Yuri sangat
penasaran dengan apa yang ingin dikatakan oleh Kai. Tapi Yuri tidak banyak
bertanya, bahkan ia tidak membalas lagi pesan Kai dan pergi tidur.
**************************
Sore hari, di kamar Yuri.
“Hoaamm!!” Yuri menguap.
“Tak biasanya aku tidur siang,” Ucap Yuri.
Mata Yuri masih setengah terbuka. Tak biasanya ia
merasakan lelah sekali di siang hari, apalagi sampai tertidur seperti tadi.
Yuri ingin menyegarkan tubuhnya, ia pun pergi
mandi.
***************************
Dari Siang sampai Sore ini Kai sama sekali tidak
mengistirahatkan tubuhnya ataupun menjalani kegiatan lain. Kai hanya termenung
mengingat sikap Yuri yang memang sangat berubah terhadapnya. Ia bingung, apa
yang harus ia lakukan agar sikap Yuri kembali seperti semula. Tapi Kai juga
bingung, apa yang sebenarnya terjadi kepada Yuri sehingga sikapnya sangat tidak
menyenangkan hati Kai.
**************************
Yuri telah selesai membersihkan tubuhnya dan
sudah berpakaian dengan setelan santainya.
“YURI-AH!!!” Panggil seorang wanita yang sudah
berumur dari lantai 1 rumahnya.
“Ne eomma? Waeyo?” Tanya Yuri sambil menuruni
setiap anak tangga dari kamarnya.
Sudah sampai tepat di lantai 1 rumahnya, Yuri pun
menghampiri Eomma-nya yang sedang berada di dapur, sedang memasak tepatnya.
“Ada yang menjemputmu,” Jawab Eomma Yuri.
“Mwo? Menjemput? Siapa?” Tanya Yuri dengan
tingkat penasaran yang tinggi.
“Entah, Eomma tidak tahu. Kenapa tidak kau lihat
saja yang menjemputmu?”
“Baiklah,”
“Kenapa lemas seperti itu?” Tanya Eomma Yuri.
“Ani,”
“Kau belum mandi, Yuri-ah?”
“Sudah Eomma,” Jawab Yuri dengan nada datar.
“Kalau sudah, mengapa lemas begitu? Lapar eoh?”
Tanya Eomma Yuri sambil mencicipi masakan.
“Jangan menggodaku Eomma,” Keluh Yuri yang memang
tiba-tiba merasa sangat lapar karena dari siang dia belum makan.
“Sebaiknya kau temui dulu orang yang menjemputmu,”
Perintah Eomma Yuri.
“Dia namja atau yeoja?” Tanya Yuri semakin
memperpanjang pembicaraannya.
“Banyak tanya,” cletuk Eomma Yuri.
“Kenapa tidak boleh tanya?” Cletuk Yuri sambil
mengerucutkan bibirnya.
“Itu membuatmu semakin lama disini,”
“Kalau Eomma tidak menjawab, aku akan semakin
lama disini,” Goda Yuri agar Eomma-nya mau menjawab pertanyaannya.
“Silakan kalau kau mau tetap disini, tapi jangan
salahkan Eomma kalau orang yang menjemputmu pergi dan ternyata memiliki kabar
penting,” Ucap Eomma Yuri yang membuat Yuri sedikit panik.
Yuri yang mendengar perkataan Eomma-nya pun
benar-benar panik. Yuri pun dengan cekatan meninggalkan Eomma-nya di dapur dan
pergi keluar rumahnya untuk menemui orang yang menjemputnya.
..
“Omo?!” Yuri terkaget melihat orang yang
menjemputnya, ternyata yang menjemputnya adalah seorang namja.
‘Untuk apa ia kemari?’ Batin Yuri.
Namja itu belum melihat Yuri, ia berdiri di
sebelah mobilnya sambil membelakangi rumah Yuri.
‘Apa yang harus aku lakukan? Kalau aku tidak
menemuinya, kasihan dia. Tapi bila aku menemuinya juga, aku tetap kasihan
dengannya, dia pasti dimarahi Appa,’ batin Yuri.
Yuri masih berdiri dibalik pintu rumahnya,
melihat keadaan disekitar rumahnya.
‘Aku harus menemuinya,’ Batin Yuri.
Yuri hendak menginjakan kaki ke halaman rumahnya.
Tapi hatinya tergetar lagi.
‘Appa?! Dimana dia? Aku takut dia akan muncul
dengan tiba-tiba,’ Batin Yuri ketakutak lagi.
Yuri menggenggam erat pegangan pintu rumahnya.
Tangannya membeku disana. Tangannya seolah menahan Yuri untuk tidak menemui
Kai. Yak! Namja itu adalah Kai. Namja yang sedang menunggu kedatangan Yuri.
CKLEKK
Yuri berhasil membuat suara decitan kecil. Tapi
Kai sama sekali tidak memalingkan pandangannya ke sumber suara, tubuhnya tetap
membelakangi rumah Yuri.
“YURI-AH!” Pekik Eomma Yuri dari belakang tubuh
Yuri.
Suara pekikan itu terdengar sampai keluar rumah,
tepatnya sudah terdengar oleh Kai. Kai membalikan tubuhnya, dan senyumnya pun
mulai mengembang. Kai tidak hanya diam di tempat, dia memberanikan diri untuk
menghampiri Yuri tanpa rasa takut akan kedatangan Appa Yuri secara tiba-tiba.
“Eomma!! Kenapa berisik sekali?” Cletuk Yuri
kepada Eomma-nya sedikit berbisik.
“Noona?” Panggil Kai.
“….” Yuri tidak menjawab, ia hanya menundukan
tubuhnya.
“Tsh, namja itu menyapamu, balas sapaannya!”
Ketus Eomma Yuri sambil mengetuk kepala Yuri.
“Ish, sakit Eomma,” ketus Yuri sambil
mengusap-usap kepalanya.
“Hehehe, noona aku ingin……………,” belum sempat Kai
menyelesaikan kalimatnya, tapi…
BUG
Sebuah pukulan mendarat kasar di pipi Kai. Pukulan
ini sangat Kai kenal. Ia pernah merasakan pukulan ini.
Kai terkapar di lantai teras rumah Yuri sambil
memegang ujung bibirnya yang kembali mengeluarkan darah segar.
“Masih berani kau datang kemari hah?!” Pekik Appa
Yuri yang tadi memukul Kai.
“Appa!!!” Pekik Yuri.
“DIAM YURI-YA!!” Bentak Appa Yuri.
“Hiks.. Hiks..” Yuri mengeluarkan berlian itu
lagi, berlian cair yang keluar dari kedua matanya. Ya, itu air mata berharga
milik Yuri. Yuri tak kuasa melihat pemandangan itu lagi. Pemandangan dimana
Appa-nya sendiri memukul orang yang sangat ia cintai.
“Noona?” Ucap Kai dengan lemah. Kai tak sanggup
melihat air mata Yuri mengalir lembut di pipi mulusnya.
“Appa!! Tak bisakah……. Aah,” Kali ini sebuah
tamparan mendarat di kulit pipi Yuri yang masih kencang. Tamparan itu sangat
menyakitkan. Bukan hanya sakit di kulitnya, tapi sakit itu terasa sampai
hatinya.
“Yeobo! Hentikan! Jangan kau menyiksa anak-mu
sendiri! Tak bolehkah seorang gadis memiliki teman namja hah?!” Pekik Eomma
Yuri yang sedaritadi memang melihat pemandangan yang sangat menyakitkan.
Appa Yuri tak berkata-kata. Beliau justru pergi
menaiki mobilnya, dan entah kemana tujuannya.
Yuri berlutut di depan Kai yang masih terkapar di
lantai.
“Kai jeongmal mianhae atas perlakuan Appa-ku,”
Ucap Yuri.
“Mau aku obati?” Tawar Yuri sambil menyentuh luka
yang ada di wajah Kai.
Kai hanya diam. Hatinya berdegup kencang. Yeoja
itu menyentuhnya, menyentuh lembut ujung bibir Kai. Kai merasa seorang bidadari
menghilangkan rasa sakit itu.
“Kai?” Ucap Yuri.
Kai masih terdiam. Dia menatap lekat-lekat wajah
Yuri. Memperhatikan setiap detil wajah Yuri, ‘Noona neomu yeppeo’ Ucap batin
Kai. Kai memperhatikan bola mata Yuri yang begitu berkaca-kaca.
“Kai?” Ucap Yuri lagi.
Kai tetap saja diam. Dia melamun di depan wajah
Yuri. Tetap memperhatikan kecantikan Yuri. Memang terlihat seperti sebuah
kesempatan besar untuk Kai melihat wajah manis itu dari jarak yang cukup dekat.
“KAI!!!” Pekik Yuri sambil menekan ibu jarinya
pada luka di wajah Kai.
“Kyaa!!! Noona ini sakit sekali, aigoo,” Pekik
Kai yang terbangun dari lamunannya.
“Salah kau sendiri kenapa jadi melamun seperti
itu? Mau aku obati tidak?” Ucap Yuri sedikit ketus.
“Ah, ani. Gomawo noona, aku tidak ingin
merepotkanmu,” Ucap Kai.
“Sudah, lebih baik kau bawa namja ini ke dalam,
Eomma ambilkan air hangat untuk membersihkan wajah Kai,” Ucap Eomma Yuri kepada
Yuri.
“Eomma? Bolehkah?” Tanya Yuri dengan perasaan
heran.
“Ne, kenapa tidak?” Jawab Eomma Yuri.
Kai hanya melamun bingung. Sikap Eomma dan Appa
Yuri terhadapnya sangat berbeda. Eomma Yuri seperti mengizinkan Kai berdekatan
dengan Yuri, dan jauh berbeda dengan Appa Yuri yang justru ingin Yuri jauh dari
Kai.
“Kajja!” Ucap Yuri sambil membantu Kai untuk
berdiri.
“Jeongmal gomawo noona, dan khamsahamnida
ahjuma,” Ucap Kai.
“Cheonmayo,” Balas Eomma Yuri singkat.
Kai jalan berdampingan dengan Yuri memasuki rumah
mewah milik keluarga Yuri. Sampai di ruang tamu, Kai duduk di sofa yang
berukuran cukup besar sambil memperhatikan setiap foto berfigura emas berukuran
cukup besar yang terpajang di dinding rumah Yuri.
“Aww!!” Pekik Kai saat Yuri dengan tiba-tiba menyentuhkan
luka Kai dengan sapu tangan yang sudah dibasahi dengan air hangat.
“Apa itu sakit?” Tanya Yuri dengan raut wajah
khawatir.
“Sedikit noona,” Ucap Kai.
“Maafkan Appa Yuri ya nak, dia memang orang yang
cukup kasar,” Ucap Eomma Yuri yang datang dengan membawa beberapa cemilan dan
minuman.
“Ne, gwaenchana ahjumma,” Ucap Kai singkat sambil
tersenyum manis kepada Eomma Yuri, dan Eomma Yuri pergi meninggalkan Kai dan
Yuri di ruang tamu.
“Jeongmal mianhae Kai,” Ucap Yuri.
“Sudahlah noona,” Ucap Kai berusaha menenangkan
perasaan Yuri.
“Tapi kau sudah merasakan sakit ini lebih dari
satu kali,” Ucap Yuri yang matanya mulai berkaca-kaca lagi.
“Lupakan segala yang sudah berlalu noona,
lagipula rasa sakitnya tidak permanen,” Ucap Kai.
“Tidak permanen, tapi aku yakin itu sangat
sakit,” Ucap Yuri.
“Gwaenchanayo noona, justru aku yang merasa tidak
enak denganmu,”
“Tidak enak apa? Kau tidak melakukan apa-apa
kepadaku,”
“Kedatanganku kemari membuat Appa-mu marah dan
menamparmu,” Ucap Kai dengan raut wajah sangat tidak enak.
“Asalkan aku bisa melihatmu, rasa sakit ini akan
hilang,” Ucap Yuri sambil menundukan kepalanya.
“Mwo? Bisa kau ulang kata-katamu? Aku tidak
mendengarnya dengan jelas,” Pinta Kai.
“Ah?! Aniyo, itu bukan kalimat yang penting,”
Ucap Yuri dengan gugup.
“Hmm, baiklah,” Ucap Kai lemas.
“Sudah, sini ku obati lukamu,” Cletuk Yuri.
“Hmm,” Kai mengangguk.
Dengan lembut dan penuh perasaan Yuri
membersihkan luka Kai, memberinya obat untuk luka, dan menempelkan plester di
pipi Kai.
“Semoga lukamu cepat sembuh,” Ucap Yuri sambil
merapikan plester di wajah Kai.
“Kurasa sudah sembuh,” Ucap Kai sambil
menyunggingkan bibirnya ke kanan.
“Bagaimana bisa?” Tanya Yuri keheranan.
“Kau kan mengobatinya,” Jawab Kai.
“Tapi aku tidak memberikan obat yang sangat
khusus untuk luka memar,” Balas Yuri polos.
“Kau tidak mengerti maksudku?” Ucap Kai.
“Memangnya berbeda maksud ya?” Tanya Yuri yang
mulai kebingungan.
“Hahaha. Ya sudah tidak usah dibahas, yang
penting lukaku memang sudah sembuh,” Ucap Kai sambil meringis.
“…….” Yuri tidak berkata-kata. Dia kebingungan
melihat Kai yang meringis tak jelas.
“Kenapa kau diam saja noona?” Tanya Kai yang kali
ini kebingungan.
“Aku tak mengerti maksudmu, kenapa lukamu bisa
sembuh begitu cepat?” Tanya Yuri lagi yang masih penasaran.
“Sudah ku bilang tak usah dibahas noona,” Jawab
Kai.
“Lalu kenapa tadi kau tertawa?” Tanya Yuri lagi.
“Entah,” Jawab Kai sambil mengangkat kedua
pundaknya.
“Kau ini aneh!” Cletuk Yuri dan memasang wajah
datar.
“Hahaha. Itu tidak penting, dan kau terlihat lucu
saat memajang wajah itu hahaha,” Cletuk Kai.
Karena Kai tertawa cukup lebar, Yuri mempunyai
kesempatan untuk menjailinya. Yuri terdiam sejenak, memikirkan dengan apa ia
harus menjaili Kai. Dan…
SLEB
Yuri memasukan sapu tangan ke dalam mulut Kai.
“Mmh, noona kau jail sekali,” Pekik Kai sambil
mencubit ujung hidung Yuri.
“Lagian kau ini tertawa lebar sekali, untung
bukan baskom yang ku masukan ke dalam mulutmu itu,” Cletuk Yuri yang membalas
cubitan Kai.
“Hahaha noona genit mencubitku,” Cletuk Kai.
“Genit? Aku hanya membalas cubitanmu gosong!”
Pekik Yuri.
“Mwo?! Gosong? Kenapa kau jadi memanggilku
seperti itu?” Ucap Kai dan kali ini ia memperlihatkan wajah datarnya.
“Aku mendengar Kris memanggilmu gosong, sepertinya
itu panggilan yang cocok untuk orang yang berkulit cukup gelap sepertimu
hahaha,” Sindir Yuri.
“Kau juga pantas mendapat panggilan seperti itu
noona Kwon,” Cletuk Kai.
“Bagaimana bisa?” Tanya Yuri sambil membulatkan
kedua matanya.
“Tak pernahkah kau bandingkan warna kulitmu
dengan Sica noona? Hahaha,” Cletuk Kai membalas ejekan Yuri.
Yuri hanya diam, memperhatikan Kai yang tertawa
terbahak-bahak. Sepertinya Kai puas membuat Yuri kalah ejekan. Yuri kembali
memasang wajah datarnya dan mengerucutkan bibirnya.
“Berhentilah beraegyo noona, kau lucu sekali
hahaha,” Kai kembali tertawa.
“Kyaaa!!! Kau jahat sekali!!” Pekik Yuri sambil
memukuli lengan Kai.
“Aduh, aduh! Aku kan menyebutmu lucu? Mengapa
disebut jahat?” Racau Kai.
“Kau bilang kulitku gelap?” Tanya Yuri menajamkan
pandangannya kepada Kai.
“Ne dan kau terlihat lebih sexy dariku, hahaha,”
Gurau Kai.
“Bahkan kau tidak sexy sama sekali gosong!
Hahaha,” Kali ini Yuri yang tertawa terbahak-bahak dan Kai mulai terdiam
melihat tingkah Yuri yang tertawa sambil menepuk-nepuk pundak Kai dengan keras.
“Berhentilah memanggilku gosong noona,” Pinta Kai
yang memasang wajah datar sederhana.
“Hahaha, tapi itu panggilan yang cocok untukmu,”
Jawab Yuri yang masih tertawa.
“Aish, sudahlah jangan bahas itu,” Mohon Kai.
“Lalu bahas apa?” Yuri berhenti tertawa.
“Entah, yang penting kita bahas yang lain saja,”
Ucap Kai.
Yuri hanya diam, berfikir apa yang akan ia bahas.
“Noona?” Ucap Kai memulai pembicaraan mereka
lagi, dan saat ini terlihat lebih serius.
“Hmm?” Balas Yuri singkat.
“Apa kau tahu maksud kedatanganku kemari?” Tanya
Kai.
“Entah, memangnya apa?” Tanya Yuri yang mulai
penasaran dan menatap dengan serius wajah Kai.
“Aku membingungkan sesuatu,” Ucap Kai.
“Membingungkan sesuatu? Lalu kenapa kemari?”
Tanya Yuri yang semakin kebingungan.
“Ada yang ingin kutanyakan kepadamu,”
Yuri hanya diam. Matanya semakin terbuka lebar,
‘Apa yang ingin ia tanyakan?’ Batin Yuri. Perasaannya tiba-tiba berubah menjadi
tak tenang dan merasa tegang.
“Apa?” Ucap Yuri.
-TBC-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar