Kamis, 09 Mei 2013

First "WOW!!" CHAPTER 10



Author : @AriatnaCitraC ^-^
Tittle    : First”WOW!!”
Genre  : Romance, Sedikit comedy mungkin(?), dan tentukan sendiri haha ^-^v
Cast     :              
-          Kim Jong In (Kai) EXO-K
-          Kwon Yuri SNSD
Other Cast       :
-          Wi Yi Fan (Kris) EXO-M
-          Jessica Jung SNSD
-          Oh Sehun EXO-K
-          D.O Kyungsoo EXO-K


Prev;
Kai dan Kris pun kembali ke kelas mereka tepat saat bel masuk pelajaran berbunyi.

************************
‘TEEERTTT’
Bel tanda jam pulang pun berbunyi. Semua siswa langsung membereskan buku mereka masing-masing dengan semangat karena ingin cepat-cepat kembali ke rumah.
“Kajja gosong!” Pekik Kris ditelinga Kai.
“Ish! Berisik kau! Duluan saja, aku masih ada urusan,” Pekik Kai.
“Dengan siapa? Yuri noona?”
“Hmm, kau tahu itu”
“Ya sudahlah, semoga urusanmu berjalan dengan baik”
“Ne, gomawo”
“Aku duluan, annyeong”
Kris pun meninggalkan Kai sendirian di kelasnya itu. Memang yang tersisa di dalam kelas hanya Kai. Dia sangat tidak bersemangat, masih memikirkan apa yang terjadi dengan Yuri. Ia masih sangat khawatir.
..
Kai keluar dari kelasnya dengan lemas. Ia berjalan menuju gerbang sekolah, menunggu Yuri akan lewat dengan cantiknya disana.
YES!
Batin Kai tergetar. Ia melihat sosok cantik itu, sosok yang ia tunggu-tunggu, Kwon Yuri.
“Yuri noona!?” Seru Kai memanggil Yuri.
Yuri hanya menoleh melihat namja yang memanggil namanya. Bukannya menghampiri Kai, Yuri justru berlari kecil semakin menjauh dari Kai.
“Noona!” Seru Kai lagi yang dengan sigap berlari dengan cepat hendak menghadang jalan Yuri.
..
“Haahh!! Hosh.. Hosh.. Hosh,” Erang Kai saat berhasil menghadang jalan Yuri.
Wajah Yuri terlihat berkerut, sama sekali tidak ada senyuman disana.
“Jebal Kai! Jangan menghalangi jalanku!” Pekik Yuri ditengah keramaian siswa yang baru keluar dari gerbang sekolah.
“Wae noona? Kau sangat berbeda hari ini. Bahkan kau belum menjawab tawaran makan siangku,” Ucap Kai.
“Jeongmal mianhae Kai, aku tidak bisa. Aku masih sibuk,” Ucap Yuri lalu pergi lagi menjauh dari Kai dan langsung menyetop sebuah taxi.
“Tapi kau selalu mengatakannya baik-baik, tidak seperti ini,” Ucap Kai pelan yang berharap Yuri mendengar kata-katanya itu saat ia terus memandangi jalannya taxi yang ditumpangi Yuri.
..
Di tempat lain~
‘Mianhae Kai, untuk sementara ini aku ingin menjauh dulu. Jeongmal mianhae,’ Rintih batin Yuri.
Gimme time machine~
Ni nori konde~

Ponsel Yuri berdering. Terdapat sebuah panggilan disana.
‘Sial! Mengapa dia menelponku?’ Pekik batin Yuri.
Yuri tidak mengangkat panggilannya, dia hanya mendiamkan panggilan itu tanpa menolaknya.
Tak lama ponselnya berdering, panggilan itu sudah dihentikan oleh sang pemanggil.
‘Syukuralah,’ Batin Yuri.
Hati Yuri sangat tak tenang selama perjalanan. Dan tak lama kemudian..
Gimme time machine~
Ni nori konde~
Ponsel Yuri kembali berdering. Panggilan dari orang yang sama. Panggilan itu dari namja yang tentu sedang membuat hatinya sangat tidak tenang, walaupun sebenarnya wajah namja itu sangat menenangkan. Tapi perasaannya terhadap namja itu yang membuat hati dan pikirannya bagai sedang diterjang ombak tsunami, sangat hancur.
~~Ponsel Yuri terus berdering, sampai supir taxi yang mengantar Yuri pun menegur Yuri.
“Noona, ponsel anda berbunyi. Sepertinya ada sebuah panggilan,” tegur supir taxi itu.
“Ani, ini panggilan tidak penting,” Jawab Yuri.
Sang supir taxi pun hanya terdiam, tidak ingin terlalu sok tahu keadaan Yuri.
..
Tak beberapa lama kemudian, Yuri pun telah sampai di depan rumahnya. Berlari kecil memasuki halaman rumahnya dan hendak pergi ke kamarnya.
******************************
Di tempat lain~
“Aaargghh!!!” Pekik Kai sambil melempar ponselnya ke ranjang.
“Sial! Apa salahku?!” Pekik Kai.
“Kai pabbo!” Pekik Kai lagi.
Kai terus menyalahkan dirinya walaupun ia sama sekali tidak tahu apa penyebab berubahnya Yuri terhadapnya. Pikiran Kai sangat kacau. Ia terus meremas kepalanya, karena keadaan buruk itu membuatnya sangat pusing.
**************************
Yuri membanting tubuhnya di atas kasur lembut miliknya. Memeluk dengan erat gulingnya, bahkan mencengkram erat guling itu dengan kuku lentiknya.
“Mianhae, Kai. Jeongmal mianhae,” rintih Yuri.
Tak lama kemudian, air mata itu mengalir lagi di pipinya. Dan tak lama kemudian pun ponsel Yuri bergetar.
Drrtt… drrt..
KIM JONG IN
Kai kembali menghubungi Yuri. Banti Yuri terus menjerit. Apa yang harus ia lakukan. Ia sangat bingung. Ia merindukannya. Tapi ia berusaha untuk beberapa saat ini menjauh dari namja itu.
“Haruskah aku mengangkat teleponnya?” Rintih Yuri kebingungan.
Tanpa pikir panjang lagi Yuri menolak panggilan dari Kai. Dan tak lama kemudian Kai kembali menghubungi Yuri. Yuri semakin bingung. Yuri masih memiliki perasaan takut apabila masih berhubungan dengan Kai. Apalagi saat ini statusnya sebagai yeojachingu DO Kyungsoo. Yuri takut dengan Appa-nya. Apalagi Appa-nya terlihat sangat membenci Kai walaupun Kai tidak memiliki kesalahan yang fatal terhadap Appa Yuri.
**************************
Kai menghentikan panggilannya. Hatinya sangat tidak tenang mengingat sikap Yuri saat ini sangat berbeda terhadapnya. Ingin sekali Kai bertanya banyak kepada Yuri, tapi Yuri tidak merespon panggilannya. Hanya bisa menghindar atau mengabaikannya. Kai ingin mendatangi rumah Yuri, tapi Kai takut dengan Appa Yuri yang memang terllihat membenci walau entah dengan alasan apa Appa Yuri membencinya.
“Sial!” Pekik Kai.
Batin Kai tersiksa. Nafasnya terasa sesak saat pikirannya benar-benar dipenuhi oleh Yuri. Kai merasa hidupnya sangat tidak berarti. Belum sempat ia memiliki Yuri, tapi saat ini ia tengah dijauhi Yuri. Kai menjadi sangat bingung. ‘Apa alasannya? Apa alasan atas semua respon buruk ini? Aku merasa tidak memiliki kesalahan apapun, aku selalu berusaha untuk berisikap baik terhadapnya,’ jerit batin Kai.
‘Ddddrrrrrrrtttt..’
Ponsel Kai bergetar. Bahkan hatinya pun bergetar. Ia sangat senang melihat nama itu terlihat jelas di layar ponselnya.
KWON YURI
Ya, nama yeoja itu terlihat jelas menghiasi layar ponsel Kai. Yeoja itu mengirim pesan singkat kepada Kai.
‘Jeongmal mianhae Kai.
Aku sedang tidak bisa
mengangkat panggilanmu,
ada apa?’
Memang pesan singkat yang membuat hati Kai sedikit tenang. Kai merasa Yuri masih peduli terhadapnya.
‘Apa aku mengganggumu?
Mianhae, aku hanya ingin
mengatakan sesuatu.’
Balas Kai. Yang tak lama kemudian dibalas oleh Yuri.
‘Tak perlu meminta maaf
Kau tak salah apapun.
Apa yang mau kau katakan?’
Balas Yuri.
Kai terdiam. Harusnya Kai tidak bilang bahwa dia akan mengatakan sesuatu. Dia belum siap untuk mengatakannya saat ini juga.
‘Mungkin lain waktu
aku harus mengatakannya’
Balas Kai. Yuri merasa dipermainkan. Yuri sangat penasaran dengan apa yang ingin dikatakan oleh Kai. Tapi Yuri tidak banyak bertanya, bahkan ia tidak membalas lagi pesan Kai dan pergi tidur.
**************************
Sore hari, di kamar Yuri.
“Hoaamm!!” Yuri menguap.
“Tak biasanya aku tidur siang,” Ucap Yuri.
Mata Yuri masih setengah terbuka. Tak biasanya ia merasakan lelah sekali di siang hari, apalagi sampai tertidur seperti tadi.
Yuri ingin menyegarkan tubuhnya, ia pun pergi mandi.
***************************
Dari Siang sampai Sore ini Kai sama sekali tidak mengistirahatkan tubuhnya ataupun menjalani kegiatan lain. Kai hanya termenung mengingat sikap Yuri yang memang sangat berubah terhadapnya. Ia bingung, apa yang harus ia lakukan agar sikap Yuri kembali seperti semula. Tapi Kai juga bingung, apa yang sebenarnya terjadi kepada Yuri sehingga sikapnya sangat tidak menyenangkan hati Kai.
**************************
Yuri telah selesai membersihkan tubuhnya dan sudah berpakaian dengan setelan santainya.
“YURI-AH!!!” Panggil seorang wanita yang sudah berumur dari lantai 1 rumahnya.
“Ne eomma? Waeyo?” Tanya Yuri sambil menuruni setiap anak tangga dari kamarnya.
Sudah sampai tepat di lantai 1 rumahnya, Yuri pun menghampiri Eomma-nya yang sedang berada di dapur, sedang memasak tepatnya.
“Ada yang menjemputmu,” Jawab Eomma Yuri.
“Mwo? Menjemput? Siapa?” Tanya Yuri dengan tingkat penasaran yang tinggi.
“Entah, Eomma tidak tahu. Kenapa tidak kau lihat saja yang menjemputmu?”
“Baiklah,”
“Kenapa lemas seperti itu?” Tanya Eomma Yuri.
“Ani,”
“Kau belum mandi, Yuri-ah?”
“Sudah Eomma,” Jawab Yuri dengan nada datar.
“Kalau sudah, mengapa lemas begitu? Lapar eoh?” Tanya Eomma Yuri sambil mencicipi masakan.
“Jangan menggodaku Eomma,” Keluh Yuri yang memang tiba-tiba merasa sangat lapar karena dari siang dia belum makan.
“Sebaiknya kau temui dulu orang yang menjemputmu,” Perintah Eomma Yuri.
“Dia namja atau yeoja?” Tanya Yuri semakin memperpanjang pembicaraannya.
“Banyak tanya,” cletuk Eomma Yuri.
“Kenapa tidak boleh tanya?” Cletuk Yuri sambil mengerucutkan bibirnya.
“Itu membuatmu semakin lama disini,”
“Kalau Eomma tidak menjawab, aku akan semakin lama disini,” Goda Yuri agar Eomma-nya mau menjawab pertanyaannya.
“Silakan kalau kau mau tetap disini, tapi jangan salahkan Eomma kalau orang yang menjemputmu pergi dan ternyata memiliki kabar penting,” Ucap Eomma Yuri yang membuat Yuri sedikit panik.
Yuri yang mendengar perkataan Eomma-nya pun benar-benar panik. Yuri pun dengan cekatan meninggalkan Eomma-nya di dapur dan pergi keluar rumahnya untuk menemui orang yang menjemputnya.
..
“Omo?!” Yuri terkaget melihat orang yang menjemputnya, ternyata yang menjemputnya adalah seorang namja.
‘Untuk apa ia kemari?’ Batin Yuri.
Namja itu belum melihat Yuri, ia berdiri di sebelah mobilnya sambil membelakangi rumah Yuri.
‘Apa yang harus aku lakukan? Kalau aku tidak menemuinya, kasihan dia. Tapi bila aku menemuinya juga, aku tetap kasihan dengannya, dia pasti dimarahi Appa,’ batin Yuri.
Yuri masih berdiri dibalik pintu rumahnya, melihat keadaan disekitar rumahnya.
‘Aku harus menemuinya,’ Batin Yuri.
Yuri hendak menginjakan kaki ke halaman rumahnya. Tapi hatinya tergetar lagi.
‘Appa?! Dimana dia? Aku takut dia akan muncul dengan tiba-tiba,’ Batin Yuri ketakutak lagi.
Yuri menggenggam erat pegangan pintu rumahnya. Tangannya membeku disana. Tangannya seolah menahan Yuri untuk tidak menemui Kai. Yak! Namja itu adalah Kai. Namja yang sedang menunggu kedatangan Yuri.
CKLEKK
Yuri berhasil membuat suara decitan kecil. Tapi Kai sama sekali tidak memalingkan pandangannya ke sumber suara, tubuhnya tetap membelakangi rumah Yuri.
“YURI-AH!” Pekik Eomma Yuri dari belakang tubuh Yuri.
Suara pekikan itu terdengar sampai keluar rumah, tepatnya sudah terdengar oleh Kai. Kai membalikan tubuhnya, dan senyumnya pun mulai mengembang. Kai tidak hanya diam di tempat, dia memberanikan diri untuk menghampiri Yuri tanpa rasa takut akan kedatangan Appa Yuri secara tiba-tiba.
“Eomma!! Kenapa berisik sekali?” Cletuk Yuri kepada Eomma-nya sedikit berbisik.
“Noona?” Panggil Kai.
“….” Yuri tidak menjawab, ia hanya menundukan tubuhnya.
“Tsh, namja itu menyapamu, balas sapaannya!” Ketus Eomma Yuri sambil mengetuk kepala Yuri.
“Ish, sakit Eomma,” ketus Yuri sambil mengusap-usap kepalanya.
“Hehehe, noona aku ingin……………,” belum sempat Kai menyelesaikan kalimatnya, tapi…
BUG
Sebuah pukulan mendarat kasar di pipi Kai. Pukulan ini sangat Kai kenal. Ia pernah merasakan pukulan ini.
Kai terkapar di lantai teras rumah Yuri sambil memegang ujung bibirnya yang kembali mengeluarkan darah segar.
“Masih berani kau datang kemari hah?!” Pekik Appa Yuri yang tadi memukul Kai.
“Appa!!!” Pekik Yuri.
“DIAM YURI-YA!!” Bentak Appa Yuri.
“Hiks.. Hiks..” Yuri mengeluarkan berlian itu lagi, berlian cair yang keluar dari kedua matanya. Ya, itu air mata berharga milik Yuri. Yuri tak kuasa melihat pemandangan itu lagi. Pemandangan dimana Appa-nya sendiri memukul orang yang sangat ia cintai.
“Noona?” Ucap Kai dengan lemah. Kai tak sanggup melihat air mata Yuri mengalir lembut di pipi mulusnya.
“Appa!! Tak bisakah……. Aah,” Kali ini sebuah tamparan mendarat di kulit pipi Yuri yang masih kencang. Tamparan itu sangat menyakitkan. Bukan hanya sakit di kulitnya, tapi sakit itu terasa sampai hatinya.
“Yeobo! Hentikan! Jangan kau menyiksa anak-mu sendiri! Tak bolehkah seorang gadis memiliki teman namja hah?!” Pekik Eomma Yuri yang sedaritadi memang melihat pemandangan yang sangat menyakitkan.
Appa Yuri tak berkata-kata. Beliau justru pergi menaiki mobilnya, dan entah kemana tujuannya.
Yuri berlutut di depan Kai yang masih terkapar di lantai.
“Kai jeongmal mianhae atas perlakuan Appa-ku,” Ucap Yuri.
“Mau aku obati?” Tawar Yuri sambil menyentuh luka yang ada di wajah Kai.
Kai hanya diam. Hatinya berdegup kencang. Yeoja itu menyentuhnya, menyentuh lembut ujung bibir Kai. Kai merasa seorang bidadari menghilangkan rasa sakit itu.
“Kai?” Ucap Yuri.
Kai masih terdiam. Dia menatap lekat-lekat wajah Yuri. Memperhatikan setiap detil wajah Yuri, ‘Noona neomu yeppeo’ Ucap batin Kai. Kai memperhatikan bola mata Yuri yang begitu berkaca-kaca.
“Kai?” Ucap Yuri lagi.
Kai tetap saja diam. Dia melamun di depan wajah Yuri. Tetap memperhatikan kecantikan Yuri. Memang terlihat seperti sebuah kesempatan besar untuk Kai melihat wajah manis itu dari jarak yang cukup dekat.
“KAI!!!” Pekik Yuri sambil menekan ibu jarinya pada luka di wajah Kai.
“Kyaa!!! Noona ini sakit sekali, aigoo,” Pekik Kai yang terbangun dari lamunannya.
“Salah kau sendiri kenapa jadi melamun seperti itu? Mau aku obati tidak?” Ucap Yuri sedikit ketus.
“Ah, ani. Gomawo noona, aku tidak ingin merepotkanmu,” Ucap Kai.
“Sudah, lebih baik kau bawa namja ini ke dalam, Eomma ambilkan air hangat untuk membersihkan wajah Kai,” Ucap Eomma Yuri kepada Yuri.
“Eomma? Bolehkah?” Tanya Yuri dengan perasaan heran.
“Ne, kenapa tidak?” Jawab Eomma Yuri.
Kai hanya melamun bingung. Sikap Eomma dan Appa Yuri terhadapnya sangat berbeda. Eomma Yuri seperti mengizinkan Kai berdekatan dengan Yuri, dan jauh berbeda dengan Appa Yuri yang justru ingin Yuri jauh dari Kai.
“Kajja!” Ucap Yuri sambil membantu Kai untuk berdiri.
“Jeongmal gomawo noona, dan khamsahamnida ahjuma,” Ucap Kai.
“Cheonmayo,” Balas Eomma Yuri singkat.
Kai jalan berdampingan dengan Yuri memasuki rumah mewah milik keluarga Yuri. Sampai di ruang tamu, Kai duduk di sofa yang berukuran cukup besar sambil memperhatikan setiap foto berfigura emas berukuran cukup besar yang terpajang di dinding rumah Yuri.
“Aww!!” Pekik Kai saat Yuri dengan tiba-tiba menyentuhkan luka Kai dengan sapu tangan yang sudah dibasahi dengan air hangat.
“Apa itu sakit?” Tanya Yuri dengan raut wajah khawatir.
“Sedikit noona,” Ucap Kai.
“Maafkan Appa Yuri ya nak, dia memang orang yang cukup kasar,” Ucap Eomma Yuri yang datang dengan membawa beberapa cemilan dan minuman.
“Ne, gwaenchana ahjumma,” Ucap Kai singkat sambil tersenyum manis kepada Eomma Yuri, dan Eomma Yuri pergi meninggalkan Kai dan Yuri di ruang tamu.
“Jeongmal mianhae Kai,” Ucap Yuri.
“Sudahlah noona,” Ucap Kai berusaha menenangkan perasaan Yuri.
“Tapi kau sudah merasakan sakit ini lebih dari satu kali,” Ucap Yuri yang matanya mulai berkaca-kaca lagi.
“Lupakan segala yang sudah berlalu noona, lagipula rasa sakitnya tidak permanen,” Ucap Kai.
“Tidak permanen, tapi aku yakin itu sangat sakit,” Ucap Yuri.
“Gwaenchanayo noona, justru aku yang merasa tidak enak denganmu,”
“Tidak enak apa? Kau tidak melakukan apa-apa kepadaku,”
“Kedatanganku kemari membuat Appa-mu marah dan menamparmu,” Ucap Kai dengan raut wajah sangat tidak enak.
“Asalkan aku bisa melihatmu, rasa sakit ini akan hilang,” Ucap Yuri sambil menundukan kepalanya.
“Mwo? Bisa kau ulang kata-katamu? Aku tidak mendengarnya dengan jelas,” Pinta Kai.
“Ah?! Aniyo, itu bukan kalimat yang penting,” Ucap Yuri dengan gugup.
“Hmm, baiklah,” Ucap Kai lemas.
“Sudah, sini ku obati lukamu,” Cletuk Yuri.
“Hmm,” Kai mengangguk.
Dengan lembut dan penuh perasaan Yuri membersihkan luka Kai, memberinya obat untuk luka, dan menempelkan plester di pipi Kai.
“Semoga lukamu cepat sembuh,” Ucap Yuri sambil merapikan plester di wajah Kai.
“Kurasa sudah sembuh,” Ucap Kai sambil menyunggingkan bibirnya ke kanan.
“Bagaimana bisa?” Tanya Yuri keheranan.
“Kau kan mengobatinya,” Jawab Kai.
“Tapi aku tidak memberikan obat yang sangat khusus untuk luka memar,” Balas Yuri polos.
“Kau tidak mengerti maksudku?” Ucap Kai.
“Memangnya berbeda maksud ya?” Tanya Yuri yang mulai kebingungan.
“Hahaha. Ya sudah tidak usah dibahas, yang penting lukaku memang sudah sembuh,” Ucap Kai sambil meringis.
“…….” Yuri tidak berkata-kata. Dia kebingungan melihat Kai yang meringis tak jelas.
“Kenapa kau diam saja noona?” Tanya Kai yang kali ini kebingungan.
“Aku tak mengerti maksudmu, kenapa lukamu bisa sembuh begitu cepat?” Tanya Yuri lagi yang masih penasaran.
“Sudah ku bilang tak usah dibahas noona,” Jawab Kai.
“Lalu kenapa tadi kau tertawa?” Tanya Yuri lagi.
“Entah,” Jawab Kai sambil mengangkat kedua pundaknya.
“Kau ini aneh!” Cletuk Yuri dan memasang wajah datar.
“Hahaha. Itu tidak penting, dan kau terlihat lucu saat memajang wajah itu hahaha,” Cletuk Kai.
Karena Kai tertawa cukup lebar, Yuri mempunyai kesempatan untuk menjailinya. Yuri terdiam sejenak, memikirkan dengan apa ia harus menjaili Kai. Dan…
SLEB
Yuri memasukan sapu tangan ke dalam mulut Kai.
“Mmh, noona kau jail sekali,” Pekik Kai sambil mencubit ujung hidung Yuri.
“Lagian kau ini tertawa lebar sekali, untung bukan baskom yang ku masukan ke dalam mulutmu itu,” Cletuk Yuri yang membalas cubitan Kai.
“Hahaha noona genit mencubitku,” Cletuk Kai.
“Genit? Aku hanya membalas cubitanmu gosong!” Pekik Yuri.
“Mwo?! Gosong? Kenapa kau jadi memanggilku seperti itu?” Ucap Kai dan kali ini ia memperlihatkan wajah datarnya.
“Aku mendengar Kris memanggilmu gosong, sepertinya itu panggilan yang cocok untuk orang yang berkulit cukup gelap sepertimu hahaha,” Sindir Yuri.
“Kau juga pantas mendapat panggilan seperti itu noona Kwon,” Cletuk Kai.
“Bagaimana bisa?” Tanya Yuri sambil membulatkan kedua matanya.
“Tak pernahkah kau bandingkan warna kulitmu dengan Sica noona? Hahaha,” Cletuk Kai membalas ejekan Yuri.
Yuri hanya diam, memperhatikan Kai yang tertawa terbahak-bahak. Sepertinya Kai puas membuat Yuri kalah ejekan. Yuri kembali memasang wajah datarnya dan mengerucutkan bibirnya.
“Berhentilah beraegyo noona, kau lucu sekali hahaha,” Kai kembali tertawa.
“Kyaaa!!! Kau jahat sekali!!” Pekik Yuri sambil memukuli lengan Kai.
“Aduh, aduh! Aku kan menyebutmu lucu? Mengapa disebut jahat?” Racau Kai.
“Kau bilang kulitku gelap?” Tanya Yuri menajamkan pandangannya kepada Kai.
“Ne dan kau terlihat lebih sexy dariku, hahaha,” Gurau Kai.
“Bahkan kau tidak sexy sama sekali gosong! Hahaha,” Kali ini Yuri yang tertawa terbahak-bahak dan Kai mulai terdiam melihat tingkah Yuri yang tertawa sambil menepuk-nepuk pundak Kai dengan keras.
“Berhentilah memanggilku gosong noona,” Pinta Kai yang memasang wajah datar sederhana.
“Hahaha, tapi itu panggilan yang cocok untukmu,” Jawab Yuri yang masih tertawa.
“Aish, sudahlah jangan bahas itu,” Mohon Kai.
“Lalu bahas apa?” Yuri berhenti tertawa.
“Entah, yang penting kita bahas yang lain saja,” Ucap Kai.
Yuri hanya diam, berfikir apa yang akan ia bahas.
“Noona?” Ucap Kai memulai pembicaraan mereka lagi, dan saat ini terlihat lebih serius.
“Hmm?” Balas Yuri singkat.
“Apa kau tahu maksud kedatanganku kemari?” Tanya Kai.
“Entah, memangnya apa?” Tanya Yuri yang mulai penasaran dan menatap dengan serius wajah Kai.
“Aku membingungkan sesuatu,” Ucap Kai.
“Membingungkan sesuatu? Lalu kenapa kemari?” Tanya Yuri yang semakin kebingungan.
“Ada yang ingin kutanyakan kepadamu,”
Yuri hanya diam. Matanya semakin terbuka lebar, ‘Apa yang ingin ia tanyakan?’ Batin Yuri. Perasaannya tiba-tiba berubah menjadi tak tenang dan merasa tegang.
“Apa?” Ucap Yuri.


-TBC-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar